25.11.10

Pulanglah pujangga


Apakah kau merapat disana
serupa dermaga berwarna senja
duduk di tepian
menikmati rasa semesta
lalu kau lahirkan aksara pujangga…

Sepasang mata

menikmati angkasa
bulan sudah singgah
diitari kejora-kejora
bak kaca pecah
Inikah pesona?
Atau belum seberapa….
Lalu asmara?
dia yang disana? aku bergumam begitu saja

Semua orang nantinya pasti akan menua

Kemarin saya dan keluarga pulang kampung, karena bude (kakak dari bapak) meninggal dunia. Singkat cerita, bude saya meninggal dalam keadaan yang memprihatinkan. Bayangkan, saat dia meninggal, tak ada satupun anaknya berada disana, dia hanya ditemani seorang penjaga rumah, dan dia pulalah yang merawat bude saya, bahkan untuk membawanya ke kamar mandi. Yang lebih miris, penjaga rumah itu adalah seorang pria, dia dengan relanya mengganti dan menyanggupi keperluan budeku. Tak satupun anak atau cucunya menemani budeku, padahal mereka tinggal dalam satu kota, dan parahnya beberapa cucunya bude tinggal di sebelah rumahnya.


Dear Lie...


dear lie,
mengapa kau selalu terucapkan
keluar dari bibir yang menggoda
tanpa sanggup dielakkan
kau khianati cinta
apakah kau memang tercipta
untuk musnahkan rasa?
sehingga apa yang terpendam di hati
mampu kau tutupi?
dear lie,
ku ingin menghujatmu
menghentikan setiap racunmu
mengubur segala noda dan celamu
membungkam setiap kata yang terdengar merdu
namun rasamu bagaikan candu
yang kerap hadirkan cumbu rayu membelenggu
menyelimuti dosa yang mempesonaku

Sebelum Kau Tertidur


Sudah menjadi kebiasaan kami, setelah bercinta kami lanjutkan dengan berbicara sambil saling mendekap. Dari basah peluh kami, hingga kering disesap angin. Kemarin dia meracau tentang dirinya. Pernyataan demi pernyataan membuatku semakin tak bisa memahaminya. "Kenapa kamu mau denganku," ujarnya sambil mengusap ujung jari telunjuknya di tulang hidungku. Aku hanya diam menatap matanya. Hanya sekejap dia berani membalas tatapan mataku. "Aku ini pelacur. Kenapa kakak begitu mencintaiku meski tahu aku ini hanya perempuan kotor." Kepalanya disandarkan di belahan dadaku. Aku mengusap rambut panjangnya perlahan.