30.11.10

[..in the one autumn..]

“Kuncup-kuncup sekarat bunga krisan yang terbelai angin musim gugur. Getir meresah lalu jatuh ke tanah”



Selamat Milad Dinda

Tak terasa usia semakin bertambah, seiring dengan bertambahnya usia bumi ini detik demi detik. Sebagaimana makhluk Tuhan, manusia tumbuh mulai dari bayi hingga dewasa baik secara fisik maupun psikologis. Namun pertumbuhan tersebut tidak selamanya mengikuti garis lurus. Pada awal kehidupan secara fisik tumbuh pesat, hingga usia tertentu berhenti, bahkan semakin tua semakin menurun kondisi fisiknya, ibarat mobil semakin aus onderdilnya. Pertumbuhan fisik relatif hampir sama pada setiap orang yang akan berhenti pada titik tertentu. Kebalikan dengan psikologis, semakin tua usia semakin matang pertumbuhannya. Akan tetapi kematangan tersebut juga sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur lingkungan dan pergaulan. Dalam hal ini kematangan seseorang berbeda-beda pertumbuhannya. Ada yang cepat dewasa sebelum waktunya, ada yang terlambat matang.

Apapun bentuknya, bertambahnya usia hendaknya disikapi dengan bijak. Pertama, luangkan waktu untuk merenungkan masa-masa yang telah berlalu sejenak, belajar untuk memahami kekurangan dan berupaya mencari solusi perbaikan dimasa datang. Berikutnya mencoba untuk memandang masa depan akan kemana hidup ini melangkah. Seperti kata pepatah, hidup hari ini harus lebih baik dari kemarin, dan hari esok lebih baik dari hari ini. Merugilah orang yang tidak beranjak dari hari ini, apalagi mengulang kesalahan yang sama, tupai saja tidak akan melakukan hal demikian.

Anyway, buat dinda, kuucapkan selamat ulang tahun. Semoga semakin dewasa dalam bersikap dan bertutur kata, berpikir lebih jernih sebelum bertindak, lebih mampu memilih dan memilah mana yang harus dan tidak untuk dilakukan. Selamat berjuang, saudaraku, semoga dimasa datang akan hadir berbagai kemudahan dari kesulitan yang telah lalu. Mohon maaf bila ada kesalahan atau kekhilafan diantara kita, karena pada dasarnnya tidak ada satu orang pun yang tega memakan tulang kawannya sendiri. Hanya terkadang kedekatan membuat sensitivitas semakin tinggi hingga sulit untuk memaklumi kekhilafan yang terjadi.

Semoga pada momen baik ini, kita semua kembali pada realita, bahwa kita tetaplah manusia biasa, yang terkadang berbuat khilaf, bahkan pada orang terdekat sekalipun. Tak ada manusia, yang terlahir sempurna (De Massive).

Waktu... Sendiri...


Kuingin menempatkan waktu, sendiri. Hingga bisa kita abadi berbagi. Menjelajah setia tiada bertepi. Menyesap imaji dalam sepi. Oh..pujaan hati. Andai saja kau lebih peduli. Betapa ku mengais atas sadarku kini. Menyekap bintang-bintang dalam penjara mimpi. Mengubur hidupku yang telah mati.