11.12.10

Balada si Kolor


...beginilah ceritanya...





Curhatan Benci

Ya ampun manusia ini. Mengapa sih kamu selalu memunculkanku. Apa aku ada gunanya untukmu. Aku ini adalah penyakit terjahat dari sudut kelam hatimu. Untuk apa kamu memunculkanku ke permukaan? Ahh, manusia, tempatku bukan disini. Seharusnya aku tetap terkubur dalam di sudut kelam hatimu. Tahukan kamu, aku dapat memanipulasi pikiranmu sehingga kamu bahkan tidak mampu mengontrol dirimu. Aku dapat membuat matamu menjadi gelap. Membuat pikiranmu menjadi tertutup. Ketika kamu memunculkan aku, itu berarti kamu harus siap menghancurkan dirimu sendiri. Perlahan namun pasti.

Aku tidak suka berada di permukaan hatimu kini. Aku tidak suka harus berebut tempat dengan cinta, kasih dan sayang. Aku lebih suka menjadi perasaan yang tersimpan jauh di sudut terdalam hatimu dimana luka itu kau simpan. Tolonglah, aku tak sanggup kalau harus berdesakan dengan rasa-rasa terbaikmu yang selalu memandang sinis ke arahku. Tolong kembalikan aku, wahai manusia. Kembalikan aku sebelum aku merusakmu jauh lebih dalam! Karena rasa BENCI sepertiku tidak pantas berada di tempat indah ini.

Intro

mari bergalau ria di hijauan luas membentang disana
tinggi..tinggi sekali.. sampai jauh di atas sana
bawa semuanya, bawa apa saja yang ingin kau bawa
lalu, tinggalkan di atas sana
dan
kembali kita dengan hati riang


ai loph yu fren


Pernah bertengkar sama teman atau sahabat?? Hmm, pastinya rata-rata kita udah pernah mengalaminya, kecuali orang itu emang gak punya teman ato sahabat (hehehe, emang ada orang kayak gitu?) Pernah gak kita bertengkarnya sampe berhari-hari, atau bahkan berbulan-bulan, sampe-sampe jadi musuh utama? Hmm.. pasti gak enak banget rasanya, apalagi sampe kehilangan sahabat. Semoga beberapa tips ini bisa meminimalisir terjadinya konflik berkepanjangan.

Bunda...

Bunda, entah aku harus mulai darimana. Begitu banyak kata yang ingin kusampaikan tapi tak mampu terucap. Bukan karena jauh hati kita berjarak. Hanya aku terlalu takut bila tak sengaja hatimu tersakiti. Karena kata yang telah terucap tak bisa begitu saja diralat. Dan sebagai pengganti bincang kita saat sore hari, dengan secangkir teh hangat dan remasan jari di tanganku, aku menuliskan di sini. Meski tak sebanding dengan semua kehangatan saat kita duduk bersama. Meski tak sebanding dengan lembut belaian jemari tanganmu yang telah keriput termakan usia.