23.2.11

aku kamu dan hujan


Riuh rendah suara angin menyapaku, disertai rinai-rinai bulir hujan... tengadahku melihat langit! Kelam... sejauh mata memandang tak ada satu pun kerlip bintang yang kutemui, dulu aku sangat menyukai saat-saat ini, dimana dirimu harus tertahan berada dalam pelukanku! Masih tergiang dalam benakku bagaimana manisnya kecupan yang kau berikan di keningku, lambaian tangan saat kamu beranjak pergi, saat itu aku masih berada di hati yang lain, tak pernah terpikir aku akan sangat merindukan saat-saat itu!

Lelaki malam...


Bola matamu umpama mata air yang tak pernah berhenti mengalir… hingga jika pun resah memanggang jiwa… aku tak pernah merasa dahaga.

Kamu lelaki malamku kini. Yang aku sesap suaranya saat malam mulai merangkak tinggi, bahkan terkadang sampai dinihari menyambangi bumi. Menjajari setiap perbincangan panjang kita, menghela mimpi… hingga membiarkan setiap aksara bersanding dengan kabut subuh hari, luruh di dedaunan dan suara ayam memekik nyaring di kejauhan. Kau memelukku yang terdiam, dan lalu kita sama-sama terpejam.