30.11.10

[..in the one autumn..]

“Kuncup-kuncup sekarat bunga krisan yang terbelai angin musim gugur. Getir meresah lalu jatuh ke tanah”



Selamat Milad Dinda

Tak terasa usia semakin bertambah, seiring dengan bertambahnya usia bumi ini detik demi detik. Sebagaimana makhluk Tuhan, manusia tumbuh mulai dari bayi hingga dewasa baik secara fisik maupun psikologis. Namun pertumbuhan tersebut tidak selamanya mengikuti garis lurus. Pada awal kehidupan secara fisik tumbuh pesat, hingga usia tertentu berhenti, bahkan semakin tua semakin menurun kondisi fisiknya, ibarat mobil semakin aus onderdilnya. Pertumbuhan fisik relatif hampir sama pada setiap orang yang akan berhenti pada titik tertentu. Kebalikan dengan psikologis, semakin tua usia semakin matang pertumbuhannya. Akan tetapi kematangan tersebut juga sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur lingkungan dan pergaulan. Dalam hal ini kematangan seseorang berbeda-beda pertumbuhannya. Ada yang cepat dewasa sebelum waktunya, ada yang terlambat matang.

Apapun bentuknya, bertambahnya usia hendaknya disikapi dengan bijak. Pertama, luangkan waktu untuk merenungkan masa-masa yang telah berlalu sejenak, belajar untuk memahami kekurangan dan berupaya mencari solusi perbaikan dimasa datang. Berikutnya mencoba untuk memandang masa depan akan kemana hidup ini melangkah. Seperti kata pepatah, hidup hari ini harus lebih baik dari kemarin, dan hari esok lebih baik dari hari ini. Merugilah orang yang tidak beranjak dari hari ini, apalagi mengulang kesalahan yang sama, tupai saja tidak akan melakukan hal demikian.

Anyway, buat dinda, kuucapkan selamat ulang tahun. Semoga semakin dewasa dalam bersikap dan bertutur kata, berpikir lebih jernih sebelum bertindak, lebih mampu memilih dan memilah mana yang harus dan tidak untuk dilakukan. Selamat berjuang, saudaraku, semoga dimasa datang akan hadir berbagai kemudahan dari kesulitan yang telah lalu. Mohon maaf bila ada kesalahan atau kekhilafan diantara kita, karena pada dasarnnya tidak ada satu orang pun yang tega memakan tulang kawannya sendiri. Hanya terkadang kedekatan membuat sensitivitas semakin tinggi hingga sulit untuk memaklumi kekhilafan yang terjadi.

Semoga pada momen baik ini, kita semua kembali pada realita, bahwa kita tetaplah manusia biasa, yang terkadang berbuat khilaf, bahkan pada orang terdekat sekalipun. Tak ada manusia, yang terlahir sempurna (De Massive).

Waktu... Sendiri...


Kuingin menempatkan waktu, sendiri. Hingga bisa kita abadi berbagi. Menjelajah setia tiada bertepi. Menyesap imaji dalam sepi. Oh..pujaan hati. Andai saja kau lebih peduli. Betapa ku mengais atas sadarku kini. Menyekap bintang-bintang dalam penjara mimpi. Mengubur hidupku yang telah mati.

29.11.10

^Perhatian Kecil^

Saya ingin bercerita tentang sebuah hal kecil…hal kecil tapi sampai sekarang sulit saya lupakan, kadang bukan tindakan besar yang membuat kita menyimpannya di memori, dan itu yang lebih sering saya alami.


Kisah 1

Saya besar bukan dengan orang tua saya, sampai umur SD, saya dititipkan di rumah kakek, jadi boleh dibilang saya anak kampung hehehe....nah kebiasaan kakek saya setiap beliau habis terima pensiunan, dia akan teriak dari bawah memanggil saya untuk beli krupuk *waktu itu namanya kopi susu* nah kan bahkan namanya saja masih saya inget hehehe…berjalan menyusuri jalan kampung sambil megang tangan saya…oke saya norak, sekarang pengen nangis karena ingat almarhum sedihsedihsedih

saat mataku tak lagi setia


barangkali, tak ada kesedihan yang paling sulit dihilangkan, selain kecewa pada diri sendiri. dan aku mengalami itu, malam tadi, ketika menciderai janji untuk bertemu denganmu.

iya, aku salah. seharusnya, tak kubiarkan kantuk mengambil waktu, dan memangkas malamku. seharusnya, kubuat kopi di pukul delapan itu, untuk memukul pelupuk mataku, agar kembali tegak. tapi, aku merasa mampu tanpa kopi, atau teh hangat, dan yakin, dengan satu-dua lembaran buku, akan kulewatkan waktu, dan menjangkau saat bertemu denganmu.

dan waktu memang terlewat, tanpa kusadari. bukan karena buku, tapi mataku yang tak setia. aku tertidur, terlelap.


Merasa Jauh Lebih Baik Sekarang..

Ada yang pergi, ada juga yang datang.

Ada yang menghilang, tapi ada juga yang kembali.

Ketahuilah bahwa sebenarnya hidup itu adil, terus berputar dan gak akan pernah membuatmu merasakan di titik yang sama, selalu ada cerita dan kisah baru yang akan mewarnai langkahmu.. Percayalah.

Well, emang butuh waktu yang lumayan lama buat aku sadari itu.. tapi memang dari awal aku selalu berusaha untuk tetap optimis, yakin bahwa semua masalah pasti ada jalan keluarnya, setiap keadaan tidak menyenangkan pasti akan berakhir dan berganti dengan keadaan yang menyenangkan, karena hidup itu terus berputar.. Begitulah keyakinanku saat kamu pergi meninggalkanku, meski sedih pada awalnya dan merasa kehilangan. Tapi tetap kukuatkan hati untuk tetap percaya bahwa akan ada orang-orang baru yang datang dalam kehidupanku untuk membuat hariku lebih berwarna dari sebelumnya. Dan simsalabim.. tanpa kuminta, aku mendapatkan teman-teman baru yang sangat menyenangkan.. yang membuatku tetap ceria lewati hari, membuatku lebih semangat, membuat duniaku lebih berwarna. Hidupku jadi jauh lebih baik sekarang, lebih menyenangkan dari sebelumnya, lebih berarti, dan yang terpenting, jadi lebih banyak tawa.. Syukur Alhamdullilah Ya Rab.. Kau memberiku kesempatan untuk mengenal mereka, menjadikan mereka bagian dari hidupku dan membantuku untuk lebih menikmati hidupku..





Dedicated 4: teman-teman yang kutemui di rumah rumpi, yang akhirnya pindah kesini *Kangen Kalian*

Lelah Mengejar Angan


Lelah ku menjadi pemain layang-layang.
Mempertaruhkan nasib pada angin dan benang gelasan.
Hanya melahirkan luka saat benang getas menjelang.
Mengejar angan yang tak kesampaian.

Serupa Bayang


Serupa bayang yang tak tergenapi, hadirmu selalu kunanti. Mencari jawab yang terbenam dalam keruh hati, adakah rasa yang tersembunyi.
Serupa bayang yang tak tergenapi, hadirmu adalah bagian terindah dari mimpi.
Menyadap bahagia dari tetes bahasa pelangi,
adakah manis yang lupa kau bagi.

27.11.10

Terkucilkan

Sebuah kata menguntai indah
Memilin segala kebahagiaan
Dan menghanguskannya hingga tak bersisa
Abu pun tak tercipta
Benar-benar bersih
Sebersih cintamu kini padaku
Tak berbekas

Aku terus melangkah. Ya, melangkah. Lemah. Pelan. Dan tidak pasti. Pernahkah kalian mengalami apa yang kualami? Ah, pasti tidak pernah. Kalian pasti tidak pernah mengalami kisah miris hidupku. Semua foto semi-telanjangku beredar di internet. Ya, disebar oleh pacarku. Aku telah diusir dari rumah. Di-DO dari kampus. Dikucilkan. Dan sekarang, aku sendiri di tengah malam yang sunyi. Sepi. Mencekam. Tanpa pernah tahu kemana kakiku akan membawaku.

^Curcolan malam ahad^

Mumpung sepi mendingan saya pake deh kesempatan ini buat curcol-curcolan….anggap aja blog ini milik sendiri…. ini juga disambi cetingan ama tante noni Belanda, ama mba rierie.

Mmm…sebentar saya binun mau curcol soal apa hehehe…sebenarnya saya jarang-jarang juga mau nulis tentang diri saya…jadi oke saya pikir sebentar mau ngetik apa *ngider baca-baca lagi*

Oke nemu…ini kan malam ahad, trus kata tante noni penyebab sepinya ini karena semua pada mempersiapkan diri buat “malam mingguan”…mang iya??...nah inti curcolan saya adalah saya sampai sekarang, mau malam Ahad, malam Senen, malam Jumat kliwon sekalipun yah tidak ada yang berubah tuh, tidak ada acara keluar, tidak ada jadwal nonton dan sebangsanya hehehe…

Mau nanya apa nda bosen?? Alhamdulillah sampai sekarang mah biasa-biasa saja, ibaratnya rutinitas yah kalau terbiasa tidak ada masalah. Tidak ada keinginan buat ngerasain?? Mmm..saya orangnya memang gampang penasaran, tapi bukan untuk hal-hal yang umum dilakukan orang hehehe…ayo mau tanya apa lagi?? Ah pokoknya saya aman, tentram dan damai saja dengan ini...nah saya justru ngerasa aneh ama yang mengkhususkan diri buat keluar di malam ahad…jadi ayoo jawab pertanyaan saya “Emang iya kalo malam ahad itu hari khusus yak?? Trus kalau keluar gitu ngapain aja???” Ayoo..jawab…jawab…jawab pertanyaan saya *maksa* ini anggap saja penelitian dengan sampel seadanya kenyitkenyitkenyit

perasaan yang tak terdeteksi


Aku berbaring disini dan tidak bisa tidur, otakku tidak bisa berhenti berpikir. Tak bisakah kamu keluar dari kepalaku ? Aku mencoba mengontrol kegembiraan yang kurasa. Hatiku seakan melompat-lompat ketika menikmati kelezatan kata-kata manismu. Aku menari, memutar-mutar hanyut bersama lagu yang membuat jantungku berdetak. Perasaan yang indah, tapi jangan pernah berpikir bahwa aku bisa menjelaskannya.


Bagiku, kamu tak tertandingi. Kamu datang secara samar dan menemukanku ketika aku hampir tersesat dan mabuk kesepian. Kamu mempesonaku dengan senyum pembunuhmu. Menembus dinding jiwa melankolisku.
Gairah mata yang begitu memikat, menatap jiwaku. Mencari tahu cerita yang tak terhitung tentangku. Aku merasakan balapan jantung yang lebih cepat dari Pegasus. Jantungku berteriak tidak beraturan dan meneriakkan namamu. Sepertinya aku menemukan cinta yang baru.

Dan Bila

Kesetiaanmu hanya sekedar dongeng. Berbalut kata indah tapi tak nyata adanya. Lidahmu hanya melahirkan kesedihan. Mengeringkan ingatan yang ragu menerka. Oh perempuan, bagaimana kau khianati nafasmu sendiri? Seberapa lama kau melenggang menjauhi? Meninggalkan keheningan yang bersuara. Kepuraanmu menaiki takhta. Dan bila... kau datang mengetuk pintu rumah ini kembali. Takkan sama jiwa yang kau temui. Karena yang fana tak selalu abadi.

26.11.10

^Ayooo Masuuuk^

Hilang seseorang yang berhak dikenang
dan datang seseorang yang berhak mendapat setia

Masuklah...
agar kau mendengar setiap ucap, setiap desah, setiap suara

Masuklah...
agar kau mengerti makna setiap kata

Masuklah...
agar kau memahami setiap peristiwa
yang terjadi dan terjalin dengan indah...

Hati... Bukan Untukmu

Kau... Ya... Kau, perempuan yang bersetia dengan waktu. Mengalir musim demi musim, tenang ke lautmu. Berlalu, hanyut dalam pusaran kata dan lagu. Rasa yang tak pernah lagi kau sampaikan meski kau merindu.
Kau... Ya... Kau, perempuan yang pernah berbisik cinta pada telingaku. Kau tunggang angin yang mengambang di bayangmu. Mengejar hati yang tak pernah terbuka padamu. Maaf, bukan karena ku tak paham akan teduh dukamu.
Aku... Ya... Aku, perempuan yang lupa menunggu. Tak sempat alamatkan kata cinta pada jiwamu. Sibuk menyusun huruf pada perempuan yang kurindu. Menggadai hati untuk keindahan di dua belah mataku.

dengan segala kenaifanku sebagai lelaki


Y, kenapa kita berjalan dari satu kesalahpahaman ke kesalahpahaman yang lain? mengapa malam kita habiskan dengan berangkat dari satu cemas menuju ke kecemasan yang lain? dan, dalam pendek sumbu asmara ini, waktu bukan kita habiskan untuk saling mengenali diri, mendekatkan hati, tapi menghadirkan sosok yang bahkan tak memberi arah bagi hubungan kita.

Y, barangkali aku salah. aku tidak bisa menumbuhkan rasa nyaman kepadamu, berupa kepercayaan. engkau masih bersangsi, bahwa di hatiku yang lapang ini, ada beberapa kursi kosong, yang menanti penghuni. aku tidak bisa meyakinkanmu, tak ada kursi kosong lagi disitu. sejak kau hadir dan duduk di salah satu sudutnya, telah kusingkirkan kursi-kursi itu, agar kau dapat nyaman duduk dan menikmati keleluasaan hatiku.


^Sisa hujan^

Izinkan aku tersungkur dan menangis di keheningan malam
karena rasa kehilangan yang mendalam

Gerimis November ini akan bercerita padamu
tentang arti kehilangan....




Takut

"Umi, anterin Albi pipis!" Albi menarik narik ujung baju uminya dengan manja. Ibunya tersenyum, "Kan lampunya udah nyala semua, Albi, lagipula biasanya Albi pergi pipis sendiri kan? Masak jagoan umi nggak berani pipis sendiri?" "Ayo umiiiiiiii! Albi udah nggak tahan." Albi menyeret tangan ibunya dengan jari-jari mungilnya.

"Tumben jagoan umi takut? Biasanya berani sendiri," tanya umi setelah Albi selesai menuntaskan panggilan alamnya. "Albi takut hantu, umi. Di surau tadi, Ahmadi cerita tentang hantu. Serem deh umi. Dia bilang hantunya mukanya hancur dan berdarah-darah. Di punggungnya ada lobang besaaaaaaar. Dan lubangnya banyak ulatnya, umi." Umi masih dengan sabar mendengar Albi bercerita dengan semangat diikuti gerakan tangan untuk mengekspresikan ceritanya.


Kisah...Tak Lagi Terjadi...

Tak ada guna kau berkeras abadi
sedangkan kisah kita telah mati
hanya abu tersisa pada unggun api
menggigil sendiri menjelang pagi

kau yang pernah menjadi kekasih hati
jangan pernah langkahmu terhenti
hanya karena kisah kita tak lagi terjadi
carilah pengganti tuk sirnakan sepi.

25.11.10

Pulanglah pujangga


Apakah kau merapat disana
serupa dermaga berwarna senja
duduk di tepian
menikmati rasa semesta
lalu kau lahirkan aksara pujangga…

Sepasang mata

menikmati angkasa
bulan sudah singgah
diitari kejora-kejora
bak kaca pecah
Inikah pesona?
Atau belum seberapa….
Lalu asmara?
dia yang disana? aku bergumam begitu saja

Semua orang nantinya pasti akan menua

Kemarin saya dan keluarga pulang kampung, karena bude (kakak dari bapak) meninggal dunia. Singkat cerita, bude saya meninggal dalam keadaan yang memprihatinkan. Bayangkan, saat dia meninggal, tak ada satupun anaknya berada disana, dia hanya ditemani seorang penjaga rumah, dan dia pulalah yang merawat bude saya, bahkan untuk membawanya ke kamar mandi. Yang lebih miris, penjaga rumah itu adalah seorang pria, dia dengan relanya mengganti dan menyanggupi keperluan budeku. Tak satupun anak atau cucunya menemani budeku, padahal mereka tinggal dalam satu kota, dan parahnya beberapa cucunya bude tinggal di sebelah rumahnya.


Dear Lie...


dear lie,
mengapa kau selalu terucapkan
keluar dari bibir yang menggoda
tanpa sanggup dielakkan
kau khianati cinta
apakah kau memang tercipta
untuk musnahkan rasa?
sehingga apa yang terpendam di hati
mampu kau tutupi?
dear lie,
ku ingin menghujatmu
menghentikan setiap racunmu
mengubur segala noda dan celamu
membungkam setiap kata yang terdengar merdu
namun rasamu bagaikan candu
yang kerap hadirkan cumbu rayu membelenggu
menyelimuti dosa yang mempesonaku

Sebelum Kau Tertidur


Sudah menjadi kebiasaan kami, setelah bercinta kami lanjutkan dengan berbicara sambil saling mendekap. Dari basah peluh kami, hingga kering disesap angin. Kemarin dia meracau tentang dirinya. Pernyataan demi pernyataan membuatku semakin tak bisa memahaminya. "Kenapa kamu mau denganku," ujarnya sambil mengusap ujung jari telunjuknya di tulang hidungku. Aku hanya diam menatap matanya. Hanya sekejap dia berani membalas tatapan mataku. "Aku ini pelacur. Kenapa kakak begitu mencintaiku meski tahu aku ini hanya perempuan kotor." Kepalanya disandarkan di belahan dadaku. Aku mengusap rambut panjangnya perlahan.


24.11.10

Prosa dan Puisi

Sebenarnya apa yang membedakan prosa dan puisi. Mari kita kupas satu persatu. Prosa adalah jenis tulisan yang bahasanya lebih sesuai dengan arti leksikalnya (arti yang paling mendasar). Dari asal katanya, prosa berarti "terus terang". Jenis tulisan prosa biasanya digunakan untuk mendiskripsikan atau mengungkapkan suatu ide atau fakta.

Sedangkan puisi yang berasal dari bahasa Yunani kuno adalah seni tertulis dimana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya untuk tambahan. Penekanan pada segi estetik suatu bahasa dan penggunaan sengaja pengulangan kata, dan juga rima adalah yang membedakan puisi dengan prosa. Puisi kadang juga hanya berisi satu kata atau satu suku kata yang diulang-ulang. Bagi pembaca, hal tersebut mungkin tidak bisa dimengerti. Tapi penulis selalu memiliki alasan untuk segala "keanehan" yang diciptakannya. Tak ada batasan. Puisi adalah suatu dunia tersendiri, yang kadang dalam bentuk ekstrem atau ideal adalah dunia hasil imajinasi yang tak terhubung dengan realita. Walaupun sumber ilhamnya berasal dari suatu relitas.

Salah Memilih (Jodoh)

*Knowing that my choice was wrong, and I don't know if I can get through of this*

* * * *


Membaca status seorang sahabat di situs mukabuku, awalnya dikira salah memilih dokter, atau pakaian, atau salah beli barang. Namun dilihat dari komen dan balasan komen di bawahnya, walaupun tak secara eksplisit, menunjukkan ada yang salah dalam menentukan pilihan hidup. Entah apa yang ada dalam pikirannya sehingga keluar kata-kata tersebut. Bila dirunut dari beberapa status sebelumnya, memang ada sedikit korelasi bahwa ada sesuatu yang bermasalah dalam hubungan mereka. Mau menanyakan langsung tak enak, takut mencampuri urusan dalam negeri, tidak ditanyakan jadi penasaran. Tapi sudahlah, anggap saja sementara asumsi tadi benar.


engkaulah kilatan cahaya

Kau mempesonaku, memikat, namun sekaligus menakutkan. Bagianmu membuat daun dan kuncup bunga rapuh jatuh, pun kekokohan dapat hangus terbakar. Membuat alam tak bisa tidur terus berjaga. Entah siang atau malam.

Aliran udaramu sengit, menggeser biru, mengirimkan keping-keping dingin, dan milyaran butir air. Keluar tiba-tiba. Dari tumpukan awan gelap.

Kau mengoyak langit. Indah. Membuat belantara gelap, datang gagah menuruni angkasa. Menelusup kilat, serasa memangsa siapa saja.

Kelebat cahaya, gelegar pecah dan aku menutup mata bila kau datang dekat.



Aku ingat Rendra. Mendung tadi.

#ketika hujan tadi sore, di gelap kamar kost

Merindu Malam


Sesaat hati ini merindumu. Membuat setitik pilu yang semakin merasuk kalbu. Benarkah yang kurasa rindu? Ataukah hanya sebuah semu. Aih, terlalu bodoh aku untuk mengetahuinya. Pernahkah kau menatap bintang di sudut hatiku?

Percakapan Api


Ragaku selayak ranting kering sayang, dan kata-katamu adalah api yang rajin menjilatiku dalam bara. Membakar sisa kewarasan yang tinggal secuil kupunya. Ingin rasanya kukunyah apimu, dan kuludahkan jelaga di wajahmu. Hati? Aku sudah tak ada hati. Kau telah menghanguskannya. Dan mengerak hitam menjadi dendam.

cintaku akan berjalan tanpa cidera


sayang, kamu dimana? mengapa sapaku tak berjawab? tertidurkah, lelah setelah percakapan panjang kita sesiangan tadi? andai saja aku di sampingmu, pasti kuwakafkan waktu untuk memelukmu, menciumkan sabar di halus punggungmu, dan memanterai tubuhmu dengan segala ayat Tuhan yang menjanjikan kemudahan jalan.

istirahatlah, sayang. tidurlah. biarlah malam ini jadi milikku, khusyuk untuk meminta pada-Nya, agar engkau Dia jaga, seperti menjaga Hawa ketika terlempar dari surga, kala sendiri, sebelum Adam menjumpainya, untuk merangkai takdir baru, seperti legenda jabal rahmah.

dan kuharap, akulah yang menjadi Adam itu.

Menu untuk Suamiku


Cepatlah pulang, telah kusiapkan di meja, hidangan untuk makan malammu hari ini. Hati dan jantung yang kurebus dengan tetesan airmata dan sedikit darah membusuk. Makin hari aku makin pandai saja memasak untukmu suamiku. Dan kau semakin lahap saja melumat tubuhku.

rasa yang sama

Rasa ini akan tetap sama. Persis saat pertama kali kita memasuki pintu cahaya di penghujung sana. Saat kita melangkah memasuki rimbunan bunga azalea berwarna cinta. Dan kita sama-sama terpesona pada kelopak bunga asmara yang berona darah.

Rasa ini selalu akan sama. Persis saat nafas kita beradu. Berlomba mengikuti degupan jantung. Lalu menggapai-gapai, tersengal karena sesaknya pesona rindu. Menahan desahan yang tak terdengar oleh dentingan suara hati. Lalu terburu-buru memagut harap.

Rasa ini memang sama. Saat jemari membelai jiwa. Merengkuh pongah ke dalam dekapan pemilik raga. Membiarkan dinding hati berdesir. Mungkin ia ingin berkenalan dengan pemiliknya. Bukan hanya sekedar menatap hangat sepasang kelopak mata lalu sibuk dengan saraf-saraf yang berpendar. Namun tatapan hangat itu menyisakan degupan jantung. Membinarkan aura wajah. Menyemikan warna merah muda. Membuatmu merasa sangat berat. Sangat berharga. Lalu berharap, besok akan ada lagi rasa yang sama. Rasa cinta.

Pernikahan

Ida Ayu Sekar masih tak percaya, meski wajahnya masih berdenyut perih setelah ditampari suaminya, bibirnya menyungging senyum. Ida Bagus Sundranta berang dan segera mengusir Sekar, istri yang baru dinikahinya. Menyudahi malam pertamanya dengan murkaan atas egonya yang terinjak. Sekar masih berkeringat di sekujur badannya yang setengah telanjang. Tapi dia tak mau menunda waktu. Dia harus dan ingin segera pergi dari griya.

Ida Bagus Sundranta mondar-mandir di luar kamar dengan tak sabar. Masih diingatnya jelas saat istrinya malah menggumamkan nama lain saat dia mendaki puncak kepuasan. Hatinya terbakar amarah. "Sundal!" umpatnya sambil melayangkan tamparan-tamparan di wajah Sekar.


23.11.10

Aku dan Sampan

Malam kamarin aku mendayung sampan. Terus saja kudayung hingga melewati tepi bumi. Melewati ribuan kunang-kunang, dan kapas kapas awan. Hingga ku berjumpa jutaan bintang dan bunda bulan. Dan mulailah mereka berbisik dan menggunjing akan hadirku. Si pengelana dengan sampan tuanya. Beberapa dari mereka ramah melambai menyuruhku menambat di ujung kerlipnya, tapi yang terdengar malah bisikan-bisikan yang hilang dalam satu lirik pandang.

Aku terus mendayung sampanku hingga ke batas angkasa. Tenggelam dalam kegelapan layaknya hutan belantara. Dan menambatkan sampanku di bintang yang telah padam. Kasian, pikirku. Mungkin bintang ini sudah tua. Dan kehilangan kepercayaan dirinya. Kupotong bilah bambu bagian dari dayungku. Dan kuisi dengan gas dari lumpur vulkanik yang diberi paman Mars. Kunyalakan obor di bintang tua itu, agar kembali bercahaya. "Terima kasih, pengelana," bisik bintang tua dalam lirih suara. "Nevermind, kakek bintang...bye bye!" ujarku seraya masuk lagi ke sampan.

Selamatkan Cinta Kita (Save Our Love)

Cinta ibarat gelas, mudah retak karena panas, dingin, atau jatuh terpelanting. Berbagai hal bisa menjadi penyebab terjadinya keretakan cinta, namun hampir semua bermuara pada komunikasi yang kurang baik diantara mereka. Sebelum melangkah lebih jauh untuk memutuskan hubungan cinta, apalagi bagi yang telah menikah, ada baiknya pertimbangkan beberapa hal berikut ini.


lelah


entah apa yang terjadi
rasa itu kian menepi
tak aku temukan lagi sejumput tawa hangatmu
seolah kau bosan


rindu

saat temaram malam merasuki
di bawah secercah sinaran bulan redup
menemani hentakan degup jantung
tergugu diantara derai riak tetesan air
yang menggenang di sudut mungil sepasang mata

ada isakan tertahan
saat kata terbata mengalir pada bibir mungil perempuan
"aku rindu!" jeritnya bisu
dikala lain dia terlihat kelam
sembunyikan kesyahduan malam pada untaian sajak
"aku menunggumu, sampai habis dayaku !"

Hancurkan... Hanguskan...

Hancurkan saja kerinduanmu! Cabik-cabik menjadi serpihan. Dan taburkan bersama laju sang bayu. Kau tak ubah hanya serigala berbulu domba. Yang penuh dusta dan tipu daya. Hancurkan saja cinta binasa. Yang selalu kau binarkan dalam kemesraan penuh puja. Hanguskanlah semua. Karena aku ingin membuka ladang baru di bumi hatiku. Tempatku menyemai benih-benih kedamaian yang kelak kan lahir dari rahim kehidupan.

Hening


Jeruji ketidakpercayaan semakin mengkungkungku dalam setiap belai angin lembutnya
Perlahan namun pasti
Dia mulai merenggut satu persatu dari setiap jengkal cinta yang kumiliki
Aku bahkan belum pernah mengeja cinta hingga selesai

Sebelum tulangmu menjadi abu


Uda…
begitu banyak cinta yang telah aku syukuri,
tentu saja.
jangan kau kira aku lupa
dengan semua serpih asa yang pernah kita titi
di setapak waktu.

happy birthday, dear


buatmu cinta adalah perwujudan kasih
yang tak harus diungkapkan dengan kata
namun selalu terlihat dalam tatap mata
buatmu cinta itu bagaikan angin
yang tak mampu kau lihat
namun bisa kau rasakan hangat

Seringai Kegelapan


Seringai-seringai keburukan satu persatu mulai menghantui gelap malamku. Tidak satupun cercah terang dapat menghalaunya. Seluruh seringai yang berkolaborasi dengan gelap terus meracau ke dalam terangku. Menyempurnakan rupanya. Menyedot kebahagiaan terang dan mengacaunya dalam raga. Memakan raga hingga tak tersisa. Aku merapuh. Mataku meredup. Ragaku kehilangan rasanya. Sakitnya menumpuk seperti jerami. Mengusut tak dapat teruntai. Ingin ku mengemas luka dengan sebuah bingkai terkunci. Namun aku tak bisa. Gelap membuat semua terlepas dan menggoresku kembali. Tentunya dengan torehan luka yang jauh lebih dalam. Dan lebih menyakitkan. Sampai-sampai aku tak dapat menahan jeritan kemalangan ini. Jeritan penawar luka. Penagih cinta.

Tak Lebih Bermakna

Begitu banyak hal menakjubkan dalam hidupku. Tapi tahukah, dibalik semua itu ada misteri yang tak sanggup terpecahkan. Bahwa hatiku tak dapat melepaskannya. Bahwa hatiku tak merelakannya menghilang begitu saja. Meski sejenak, aku ingin bertemu dengannya. Salahkah? Karena tanpanya, hidupku tak lebih bermakna.

pada abu tulangku nanti


adikku,
keterlambatan meminta maaf membuat segala jadi kecewa
dan lupa waktu
bahwa kita pernah bahagia

mimpi

diantara sela redupan cahaya bulan
sekali lagi dia memaksaku datang
dan tak dapat kucegah
persis, saat dia pernah memintaku pergi
tanpa kuingin

adakah sebait cerita
yang hendak kau kisahkan bersama malam ?
saat kau menyeruak masuk
lalu memintal khayalku sesuka hatimu
merajut benang-benang halus lelapku
lalu merangkai satu persatu
dan menitipkannya agar terbawa bersama angin


Mencari Satu Wajah

Entah dimana dewi cinta menyembunyikan
Benang merah penghubung jiwa kita
Apa telah dipintalnya menjadi awan?
Lalu meneteskan sarinya
Membasuh jiwa-jiwa yang mengeja rahasia
Lalu kemana aku harus melangkah?
Mencari satu wajah dalam ribuan jejak
Haruskah kuurungkan saja?
Dan menjelma manjadi tanah dan terinjak.

22.11.10

its for the first time i hate rain

hujan deras...
angin bertiup...
dan disini aku sendiri...

menyebabkan badai di hati...
mengerikan...
menggertak karena terpesona dengan keyakinanku...

terus berjuang untuk apa yang aku percaya...

karena aku belum siap untuk menyerah...

hujan pun mengemudi arah kita untuk berpisah...
membasuh, menyapu, membersihkan rasa di hati kita...
banjir pun ikut menenggelamkan rasa itu...

akankah hujan berhenti saat ini ???


suara petir pun menyebabkan keretakan permanen di hati...

tampak jelas garis-garis rasa sakit...

kebersamaan kita diakhiri dengan badai dan kekalahan...
entahlah...

bukan hanya tentangmu

kisah ini bukan hanya tentangmu
tapi tentang sebuah perjalanan panjang yang kita mulai bersama langkah
juga tentang masa yang menanti di ujung cakrawala
memastikanmu
masihkah ada disana
meski awan awan gelap mengetuk dinding langit
siap muntahkan rentetan tajam bulir air
bahwa, bukan disini tempat kita menyerah
karena sejatinya
akan ada pelangi jingga sesudahnya


Serupa Musim

Kau adalah sepintal inginku yang semu.
Mencintaiku hanya menjadi siksa untukmu.
Lelaki, kau hanya serupa musim untukku.
Berganti dan berlalu.
Tak perlu kau bersusah menyiapkan pelaminan untukku.
Sungguh, ku tak ingin lekas berkemas darimu.
Hanya saja hati ini bukan untukmu.

meski

mungkin ini akan menjadi pagi yang kelam
meski mentari tak mengisyaratkan bayangan pergimu
dari perpisahan sementara kita dulu
hingga perpisahan abadi kita kini
meski harapku adalah
mentari akan tetap bersinar
samarkan gemuruh ratapan hati
gantikan awan tebal yang menyelimuti bening air mata dara


Telur Atau Bola???



Pasti kita semua tahu telur kan ya? Entah itu telur ayam, telur bebek, telur angsa, dan telur-telur yang lainnya. Apa yang bisa Anda pikirkan tentang telur?? Telur itu terbungkus oleh cangkang yang kuat, sehingga bisa melindungi isi yang ada di dalam telur tersebut. Tapi jangan salah, telur itu juga mudah sekali pecah. Sekali jatuh atau kita banting ke lantai, bukan hanya retak, pasti langsung pecah. Makanya kita akan sangat berhati-hati sekali ketika memegang telur.

racun

jiwaku tertatih
bathinku terkoyak
raga dan jiwaku sakit
tak tertahan

ingin aku pergi menjauh
membawa sepotong cinta yang hanya tinggal abu
yang raganya kian menghilang

tak tertahan sakit yang kurasa
aku tunggu kau disini
untuk memberikan penawarnya

aku lelah

entah sejak kapan kita mulai sepakat dalam diam
saling sahut menyahut dalam untaian huruf yang tak terpikirkan
sementara masing masing masih jengah pada arah pembicaraan
semu, samar, tak terarah
seperti lentera yang menggantung di puncak menara

kenapa kita tidak sepakat saja akan satu hal
bahwa kita berada pada satu titik kejemuan
tak perlu saling salah dan menyalahkan

maka..
jika kau penat
berhentilah
karena aku pun telah lelah

Padamu Perempuan

Memang tak pernah ada cerita utuh tentang kita, hanya penggalan-penggalan episode yang tak terangkai indah. Percakapan pun seringkali menjadi sesuatu yang tertunda. Apa memang cukup hanya sekian? Tawa dan tangis kita pun tak layak menjadi kenang. Di sudut itu selalu kita bertemu, saling mengisi cawan-cawan jiwa kita yang hampir gersang. Menuntaskan kebahagiaan yang pernah terlewat.

Padamu perempuan, yang kelak menjadi alasan mengapa aku bertahan, meski dalam diam.

21.11.10

cinta dan kopi

cinta itu ibarat kopi ada kalanya manis dan menjadi candu tapi bisa juga menjadi pahit pekat..
itu setelah aku lebih mengenalmu
saat jiwaku menarikan tarian alam seperti itu juga rasa kopi
manis dan nikmat
mungkin ada perpaduan creamer dan gugusan fruktosa didalamnya
atau mungkin bisa ditambahkan ice cream dan daun mint?
yahh..cinta tak mengenal bentuk hanya rasa yang menghujam dalam
entah bagaimana rasa kopi ice cream itu tapi bagiku itu tetap kopi yang legit
atau saat kopi tak lagi menjadi candu
karena hanya ampas saja yang tersisa
tersiksa mulutku mencerna rasanya.....
mual terus-menerus mengecap rasa tanpa henti

nb: kebanyakan minum kopi bisa bikin mual sama seperti cinta jika terlalu dalam bermain dengannya lambung juga bisa menjadi mual hanya saja mual yg berbeda karena asam lambung akan meningkat saat kau terlalu mengkhawatirkan keadaan cinta tanpa menemukan penangkal yang tepat untuk menghentikannya...
*dibuat dalam keadaan imajinasi yang corat marut*