31.3.11

Hujan

1.42 AM

hujan lagi. deras. aku belum tidur. kau sedang apa? telfon? chatting? internet? tidur? rasanya sendu sekali sekarang. memikirkan orang yang belum tentu memikirkan kita. yaah, memang sih aku bukan satu-satunya yg merasa sendu di dunia ini … kau juga selalu merasakannya tiap pikirkan dia bukan?

tapi dia tidak baik untukmu.
dan aku sangat baik untukmu.

pede?
memang!
biar saja!

aku baik untukmu dan kau baik untukku.
kita cocok.
itu yang ku tahu.

well hey! we should hang out ya know!
_________________________
salam kenal kakak" PTW ^-^

30.3.11

Cantik itu putih....??? Putih itu cantik...??

"Kenapa pakai produk pemutih?"

"Ya biar putihlah, biar cantik?"

Saya tidak sedang ngomongin siapa-siapa. Saya lagi ngomongin diri saya sendiri. Apakah saya pernah tertarik dengan produk pemutih? Pastinya pernah.

"Kapan? Trus beli berapa kilo?" *emange semen*

24.3.11

Mereka

Ada kerinduan yang berdentang dipenghujung senja,
Rindu pada mereka…mereka yang tiap hari bertemu wajah
Mereka yang setiap pagi menyambut depan pintu kayu
Yang dengan menatap senyumnya hati ini dipenuhi bahagia

Senyum itu penuh arti,
Senyum yang berbeda
dengan senyum yang kami, dia, kita punyai
bahkan saya tak memiliki senyum itu

Ah mereka,
senja ini merindukannya
Padahal senja baru saja mengundurkan pertemuan
Dan esok mentari pun akan mengatur temu dengannya

Entah esok bertemu atau tidak, masih misteri
Milik Sang Penggenggam Nafas…
Tapi kuyakin, senyum mereka akan tetap menyambut pagi
Seperti mentari sejukkan alam

22.3.11

'Refugee'


Pernah nggak kalian berada di samping seorang “refugee”, duduk bersamanya serta mendengar kenapa dia bisa ada di negeri antah berantah yang begitu jauh dari tempat dia dilahirkan…??

“Kalau aku tidak pergi, bisa jadi aku sudah mati,” katanya.

“Kenapa?”

“Karena aku perempuan dan berpendidikan tinggi. Temanku mati ditembak oleh rezim penguasa tepat di sebelahku ketika kami sedang berjalan beriringan. Beruntung aku lolos dari desingan peluru yang nyaris merenggut nyawaku. Karena aku perempuan maka aku harus diam di rumah. Melanggar pasti ada konsekuensinya.”

8.3.11

JFJB_2… (Tentang Kehilangannya)


“There are things…

That we don’t want to happen, but have to accept,

Things we don’t want to know, but have to learn,

And people that we think we cant live without, but have to let go”



Dan begitulah hidup. Ada hal-hal yang sangat ingin kita hindari namun akhirnya oleh Tuhan, kita ditakdirkan untuk berpapasan, bahkan mungkin berkenalan, mau tak mau, suka tak suka. Begitu juga ketika kita harus melepaskan seseorang yang telah menjadi bagian hidup kita dalam waktu tertentu, membiarkannya berlalu seumpama mengikatkan tali ke leher sendiri, mengencangkannya sampai tidak ada udara pada paru-paru yang harusnya terisi… tiba-tiba kau merasa mati.

Morning Humming


Kita punya banyak sekali mimpi, dan kita masih hanya bermimpi
Riang gembira walaupun hanya begini saja
Kita nikmati apapun yang membawa kita kesana
Suasana yang selalu kita impikan
Kehidupan yang kita idam – idamkan
Tanpa tergesa – gesa dan terus berusaha, semuanya kita bagi sama – sama
Aku sedih kamu rasa
Kamu senang aku juga rasa
Kamu, aku, kita sama-sama rasa
Dan hidup kita adalah tentang berbagi rasa



5.3.11

Sayang, ingatkah kau???



Sayang, ingatkah kau??? Kala itu kau berlari di sisiku. Kan menjajari langkah kecilku. Setiap kau merasa terlalu cepat dariku, kau akan memperlambat langkahmu. Kau bisa menambah kecepatan dan meninggalkanku jauh di belakang. Tapi, kau tak pernah melakukan itu. Kau terus berusaha memperkecil langkahmu dan terus berlari kecil di sisiku. Peluhmu memang tak sedahsyat peluhku. Menurutmu langkah kecilku hanya segelintir dari beban hidupmu. Namun, kau tetap tersenyum dan menyemangatiku.

4.3.11

Welcome home, Honey!!!



Merdu suaramu terus mengalun menyanyikan senandung lagu pop Melayu. Kau tahu bahwa aku begitu menyukai lirih suaramu yang berusaha berjinjit mencapai cengkok-cengkok rumit. Dan aku selalu tertawa melihat kau begitu berusaha menyenangkanku. Mungkin memang semua belum terlalu lama kita jalani. Hanya dalam hitungan bulan kusadari bahwa kau telah memenuhi sisi kosong hatiku dengan rindu yang terus membeludak. Tak ada lagi ungkapan "Rindumu tak sebanyak kerjaanku". Rinduku justru jauh melebihi kerjaanmu yang selalu menumpuk, sayang.

Anomali...


Hey, lelaki. Aku bukan wanita itu. Aku bukan dia... dia… dia… atau siapapun diantara para hawa yang pernah menyanding bahumu. Menggelayut manja di pundak kokohmu. Wanita dalam dongeng para dewi dan kisah para pujangga yang tergores dalam puisi.

Aku sedikit anomali, begitu aku menyebut diriku sendiri.