21.11.10

cinta dan kopi

cinta itu ibarat kopi ada kalanya manis dan menjadi candu tapi bisa juga menjadi pahit pekat..
itu setelah aku lebih mengenalmu
saat jiwaku menarikan tarian alam seperti itu juga rasa kopi
manis dan nikmat
mungkin ada perpaduan creamer dan gugusan fruktosa didalamnya
atau mungkin bisa ditambahkan ice cream dan daun mint?
yahh..cinta tak mengenal bentuk hanya rasa yang menghujam dalam
entah bagaimana rasa kopi ice cream itu tapi bagiku itu tetap kopi yang legit
atau saat kopi tak lagi menjadi candu
karena hanya ampas saja yang tersisa
tersiksa mulutku mencerna rasanya.....
mual terus-menerus mengecap rasa tanpa henti

nb: kebanyakan minum kopi bisa bikin mual sama seperti cinta jika terlalu dalam bermain dengannya lambung juga bisa menjadi mual hanya saja mual yg berbeda karena asam lambung akan meningkat saat kau terlalu mengkhawatirkan keadaan cinta tanpa menemukan penangkal yang tepat untuk menghentikannya...
*dibuat dalam keadaan imajinasi yang corat marut*

^do'a kecil^

Kucoba sisipkan do'a di tengah titik air-Nya
Bagai kiasan mendung di terik siang
Balada perantau dalam kisah hilang
Walau hanya sepenggal harap yang kukalungkan pada malam

Ketika jarak dan likuan waktu jadi batas,
kala raga tak mampu bersua, saat mata tak mungkin menatap
hanya doa yang tak terbatas ruang dan waktu
mungkin hanya itu yang mampu kuberi


Buat mba rie, keduanya...eh nambah deh, buat semua penduduk sini, senang bisa mengenal kalian dan mendengar serpihan cerita yang terangkai lewat kata.

Conversation...


Antara aku dan hatiku (sebuah dialog pribadi)

Aku : Aku terluka

Hatiku : Ya, aku tahu itu, aku yang merasakannya, bukan??


Senandung Pelangi


Saat kutahu bahwa kau tak ada disini lagi
Saat itulah aku merasa seluruh ragaku meregang
Takkan sanggup aku untuk tanpamu
Takkan sanggup jiwa ini tak tersentuh rengkuhanmu

Aku sungguh heran dengan pelangi
Kenapa dia rela menunggu terang untuk menampakkan warna-warninya
Bagaimana jika terang tidak muncul?

Mencari Cinta... Menebus Karma...

Carilah cinta, begitu mereka kata. Sedang mata telah lelah berkelana. Dan buku jari telah meradang mengetuki pintu rumah.

Aku bukan perompak yang mencuri secuil hati dari jagad cinta. Dan serta merta membagi pada perempuan-perempuan pemujanya. Aku bukan imam yang khusyuk membisikkan harapan-harapan pada gelisah hati yang raya. Dan mempersembahkan jiwa-jiwa mereka pada hampa.

Jangan tanya mengapa?
Karena ku hanya menebus karma...

Kebahagiaan Yang Hilang


Pagi ini sepi
Dingin menusuk ke relung sendi terdalamku
Dapat kudengar bunyi gemeretaknya
Sendiku bergesekan untuk mencipta hangat
Setiap desirnya mengilukan seluruh raga
Membuatnya lemas tak bertulang