31.7.11

Pengen nangissssss :((

Genta kenangan hadir menciptkan sesak
Hingga tangis akhirnya kuteguk
Dalam dinding beku tak bertuan
Dan kupilih padamkan dian


Tak pernah berpikir akan bisa bertemu kembali dengannya setelah lama tidak bersua  dan mengetahui apapun tentangnya. Kini dia hadir tepat didepan saya, dan akhirnya membuat saya ingin meluruhkan sesak yang menjelma air mata.
Apa yang dia bawa kembali?? Tidak ada, hanya sejumput kenangan yang ingin kuenyahkan jauh-jauh, dan kini serupa tanpa dosa dia datang membawa apa yang telah kulemparkan dahulu. Ingin kupinta padanya untuk pergi, jauh dari batas pandangku, tapi lagi-lagi lisanku hanya menyuarakan kekosongan.

24.7.11

Mengingat Mati


Palembang, 2011 Juli dihari ke-15

Umurku 24 tahun 7 bulan 15 hari kini, aku tidak punya apa-apa selain keluarga, beberapa teman. Yah itulah yang kumiliki sekarang, minimal hanya itu yang bisa kuakui kumiliki. Itupun hanya untuk sementara waktu sampai akan tiba saatnya Pemilik yang sesungguhnya akan datang dan mengambilnya tanpa bisa kucegah.

Semua orang pernah merasai kehilangan -tentu saja- dan aku…aku mungkin termasuk dalam golongan orang yang masih merasa sulit menerima kehilangan seseorang. Saya bisa dengan yakin mengatakan, insyaAllah bisa menerima kehilangan barang dengan lapang, seperti saat harus kehilangan hp pertama yang diberi orang tua, kehilangan beberapa pulpen biru, kehilangan peralatan-peralatan gambar, kehilangan ratusan ribu lembar rupiah. Tapi rasanya, saya tidak selapang itu ketika harus kehilangan orang-orang terdekat dalam hidup.

Saya masih mengingat dengan jelas, bahkan bisa menjelaskan detail peristiwa saat kakek saya menjelang meninggalnya. Mengingat saat kecil, saya merasa hanya dia yang menyayangi saya, mengingat ketika beliau habis menerima pensiunannya, akan teriak dari bawah rumah mengajakku membeli krupuk ‘kopi susu’. Mengingat saat saya diiming-imingi upah agar bersedia mencabuti rambut putihnya, mengingat dia menggendongku saat pura-pura tidur  karena aku tidak ingin pulang ke rumah.

Malam ini, ingatan akan orang-orang yang pernah datang, singgah dan kemudian pergi dalam hidup saya datang silih berganti. Dan saya lupa kapan terakhir kali merapalkan doa untuk mereka.
Malam ini anggap saja saya menyelesaikan satu fase renungan singkat, saya mengingat apa saja yang pernah saya lakukan, mengingat orang-orang yang pernah selintasan jalan dalam poros saya, mengingat orang-orang yang mungkin pernah merasa tersakiti karena saya, mengingat betapa keras kepalanya saya dan betapa sulitnya mengucap maaf.

Dan saya disini kini…berfikir…mungkinkah saat saya meninggal kelak, akan ada orang yang mengingat saya seperti saya mengingat kakek saya? mungkinkah akan ada orang yang bersedia mengucap barisan doa untuk saya? akan ada yang menyimpan kenangan tentang saya dengan begitu rapi? Entahlah…


*note....menunggu modem nyampai untuk mosting ini

20.7.11

Cuaca dan Kostum


Cuaca.... Ramalan cuaca yang bila diabaikan bisa membuat berantakan beberapa hal. Salah kostum, itu salah satu contohnya yang bisa bikin sebel. Nggak ada persiapan payung atau jas hujan, itu lebih bikin kesal.

Payung atau jas hujan...?? Saya nggak punya jas hujan. *sengaja* Jadi kalau kemungkinan besar turun hujan, cukup bilang “Lief, wil jij morgen mij brengen? (Lief, besok mau antarkan aku?). Jurus andalan itu selalu mempan, jadinya saya bisa menikmati fasilitas antar jemput.

Di Indonesia rasanya nggak ribet-ribet amat, mesti tahu prakiraan cuaca dan sejenisnya. Di Belanda, woowww bisa lain ceritanya. Cuaca disini cenderung basah, maksudnya sering turun hujan gitu, tidak ketinggalan angin yang selalu rajin berhembus. Mulai dari skala mendesah sampai dengan skala yang “gemrubug,” kencang disertai suara yang menggelora.

Musim panas juga nggak berarti matahari bersinar dengan centilnya sepanjang hari. Bisa saja paginya anget bin sumringah, siangnya hujan dingin semriwing. Disini cuaca bisa berubah seketika nggak pake permisi. Malam hari biasanya saya udah mantengin ramalan cuaca. Setelahnya paling tidak saya jadi tahu besok pakai baju yang lumayan menghangatkan atau cukup baju tropis.

16.7.11

You're not center of the world

“Lihat perempuan disana, kampungan banget ya bajunya.”
So what, is that a crime??!! *diam, menelan ludah*

“Kampungan banget pria itu, jalan pake celana selutut.”
Hellloooo, dit is zomer. Zomer….. summer… apapun namanya yang jelas panas tau!!! *masih diam, ambil napas dalam-dalam*

Merajut yukk...


Assalamulaikum...
Merajut..merajut..merajut..semua serba merajut, udah 3 bulan ini belajar merajut, bermula dari temen kantor yang beli benang rajut akhirnya ikutan tertarik merajut. Merajut itu sebenernya gampang2 susah tapi intinya terus belajar.
Oke..ini niy yang pertama kali saya lakukan waktu mau belajar merajut, boleh siy jadi tips buat kalian yang mau merajut *merajut benang lhoo bukan merajut kasih :D*

10.7.11

Lelahmu..

Telah lama ku minta untuk berhenti
Tapi kau tetap memaksakan diri
Untuk tetap bisa menjalani semua ini
Masih berharap pada semunya mimpi
Hingga kini kau bilang, lelah sendiri
Karna aku telah lama berhenti untuk peduli
Tapi kau tak jua mengerti
Cinta ini sampai kapanpun tak bisa kita miliki bahkan sekalipun kita beli
Hingga akhirnya kau menyerah dan berhenti mencintai
Baguslah, akhirnya kau mau mengerti untuk bisa melepas kisah ini..

9.7.11

The Rooftop

Ingat saat di rooftop dulu chér? Aku masih ingat tiap detilnya. Haha, pasti aku terlihat begitu menyedihkan di matamu sekarang … menulis hal-hal seperti ini seperti orang tak punya kerjaan. Padahal, mungkin saja kau sedang bersama dia sekarang. Atau ‘teman’ mu. Aaarrrggh! Sudahlah! Aku tak akan bahas mereka kali ini. Menuliskannya saja sudah membuatku sebal.

Anyhow, kemarin aku bernostalgia di rooftop sana. Obrolan, gerimis, iPod, Un Soir du Paris, Filosofi Kopi, Stanza dan Blues, bisikan, genggaman tangan, kecupan pipi. Semuanya masih terekam jelas. Haha, i feel like the real pathetic now.

O well yang jelas, langit di bagian barat sangat indah kemarin. Dan ternyataa, kita juga sudah menghadap ke barat, sayangnya tidak di waktu yang tepat. Like what people said, bad timing.

Tiba-tiba aku jadi teringat kalau kau pernah meliput Bekasi Jazz Festival! Pasti keren sekali di sana! Sebuah festival jazz, berbagai artis, di malam hari, di sebuah rooftop. Dan seandainya bersamamu saat itu, aku pasti takkan fokus menonton mereka. Mungkin hanya akan menggenggam erat tangan dan curi pandang akan wajahmu. Hahaha, what a dream L*** what a dream.

Aaah, banyak sekali hal yang kuingat tentang mu chér …

Adakah kenangan tentang ku yang terekam di benak mu? Ah tidak. Tadi terlalu muluk. Bagaimana kalau ini ; Sempatkah aku melintas di pikiranmu barang sejenak?



Bekasi, 15 November 2010.

7.7.11

Am I abnormal???Or Just another Irational Woman???Maybe both???




CINTA...Lima huruf dengan sejuta makna sejuta cerita. Terkadang aku bisa menjadi bodoh karena cinta, ya karena mencintaimu. Tapi aku tak pernah surut, meskipun harus menabur garam dalam luka yang menganga.

1.7.11

Khitanan dan Manusia

Khitanan… baru kali ini saya melihat secara langsung acara khitanan massal, mendengar suara jerit dan tangisan bocah-bocah di dalam ruangan yang saling menimpali satu sama lain. Cukup satu kali menyaksikan acara ini dan menyadarkan saya bahwa, kita seringkali menjalani hidup ini seperti bocah yang hendak dikhitan.
Di hadapan saya, seorang bocah sudah terlebih dahulu membanjiri wajahnya dengan tangisan sebelum masuk ke ruangan ‘eksekusi’, yang dengan berbagai cara sang ibu berusaha meredakan tangisannya, dan senjata pamungkasnya adalah “ayo jangan nangis, lihat itu ada hadiahnya kalau habis disunat” mendengar itu akhirnya sang bocah berusaha diam, walau tetap saja sesunggukan tak kunjung henti.