21.11.10

Conversation...


Antara aku dan hatiku (sebuah dialog pribadi)

Aku : Aku terluka

Hatiku : Ya, aku tahu itu, aku yang merasakannya, bukan??


Aku : Aku merasa tidak bisa menerimanya

Hatiku : Mungkin kau harus menceritakannya pada seseorang. Tahukah kau beban yang kau tanggungkan padaku mulai mengoyak sudut-sudutku, dan rasanya sangat tidak enak.

Aku : Aku masih mau seperti ini. Aku perlu waktu untuk berduka. Aku tidak pernah menyangka ini akan terjadi padaku.

Hatiku : Tapi inilah kenyataannya. Semua terjadi, bahkan kepadamu.

Aku : Kenapa??

Hatiku : (diam)

Aku : Kenapa??

Hatiku : (diam)

Aku : Bagaimana bisa. Tak ingatkah ketika dia bersusah payah untuk menjadikanku orang yang tidak dia kenal sebagai bagian hidupnya? Setelah tahunan yang terlewati, dengan mudahnya dia kembali menjadikan aku orang asing.

Hatiku : Waktu menggerus rasa sempurna yang kalian miliki dulu.

Aku : Aku terluka…

Hatiku : Egomu yang terluka.

Aku : (diam)

Hatiku : Sampai kapan kau mau menutup diri?? Berhenti disaat kau tidak seharusnya berhenti.

Aku : Bukankah sudah kubilang, aku perlu waktu untuk menerima ini.

Hatiku : Sudah cukup, dear. Waktu tidak akan bisa berkompromi denganmu. Jam itu terus berdetak setiap detik. Kau berhenti dan kau mulai tertinggal.

Aku : Benarkah??

Hatiku : Ya, coba lihatlah lagi, orang yang membuatmu berhenti itu. Dia sudah melenggang jauh di depanmu, tak menoleh lagi. Jadi apa yang kau tunggu??

Aku : Aku.. aku.. menunggu lukaku sembuh.

Hatiku : Kalau begitu kau tak akan pernah maju. Kau hanya perlu satu langkah ke depan untuk menjadikan itu masa lalu.

Aku : Maksudmu??

Hatiku : Yang harus kau ajak untuk berkompromi adalah aku, dear. Hatimu.

Aku : (ternganga, masih tak mengerti)

Hatiku : Kau tahu, aku punya kekuatan lebih daripada logika dan prasangkamu. Aku akan memulihkan diriku sendiri, tapi bila kau tak mengizinkannya, aku tidak bisa apa-apa.

Aku : Benarkah??

Hatiku : Ya, aku tidak pernah membohongimu.

Aku : Maafkan aku.

Hatiku : Ya, itulah sebenarnya yang harus kau lakukan. Memaafkan. Memaafkan dia yang telah melukaimu, tapi yang lebih penting dari semua itu adalah memaafkan dirimu sendiri.

Aku : Ya. Tapi rencana-rencana itu sudah begitu hampir kami capai, tinggal sedikit lagi.

Hatiku : Dear, apa kamu percaya Tuhan??

Aku : Tentu saja, walau bukan orang yang religius, tapi aku beragama.

Hatiku : Lalu, kenapa kau terlihat meragukan rencana yang mungkin lebih hebat dari rencanamu. Rencana Tuhanmu.

Aku : (beristigfar)

Hatiku : Kau sudah menyadarinya??

Aku : Ya. Ya. Iya. Maafkan aku.

Hatiku : Jadi, kau mengizinkanku untuk membuang beban ini?? Kau izinkan aku untuk memulihkan diri??

Aku : Ya, hatiku, tapi sisakan sedikit untuk aku kenang.

Hatiku : Ya, pasti ada yang tersisa, bekas luka. Tapi hanya bekas dan kau akan segera melupakannya. Mungkin, kau hanya akan sesekali menengoknya lagi, tapi sekedar untuk memahami, bahwa jika tidak ada bekas itu mungkin kau tidak pernah akan belajar menjadi lebih dewasa dan lebih menghargai dirimu sendiri.

Aku : Ya. Kau benar.

Hatiku : Dan, dear, kau tau??

Aku : Apa?

Hatiku : Kau pantas mendapat yang lebih baik dari dia yang pernah melukaimu. Dan sekali lagi, kau hanya perlu mengizinkanku.

Aku : Ya… Aku percaya padamu. Aku mengizinkanmu, hatiku.

**********

Ku ambil semua kenangan yang berserak di kamar ini: baju, celana panjang, asbak rokok, jam dinding, boneka, foto di atas lemari, foto di dalam dompet, gasper, bola kristal, gelas kopi. Kumasukkan ke dalam kotak yang telah kupersiapkan. Sebelum menutupnya dengan selotip hitam, kulolosi satu benda lagi dari jari manis kiriku, cincin perak berbatu hitam. Cincin yang sama juga ada di jarinya, jika dia masih memakainya (tapi sungguh aku mulai tak peduli). Kuletakkan dengan hati-hati di dalam gelas kopi berwarna biru muda tadi. Semua ini akan kembali ke pemiliknya.

Dan hatiku mengatakan aku akan baik-baik saja.

14 komentar:

  1. :d: suka kisah ini...ini bukan corcol kah???

    BalasHapus
  2. sedih lagi :i:

    saya juga pernah ada posisi itu...:i:

    BalasHapus
  3. 7 x aku ngalami itu... kalah deh chistina... *ambil kecrekan* jatuh bangun ku mengejaaaarmu... :f:

    BalasHapus
  4. @Rie :g: mpe tujuh kali mba??

    BalasHapus
  5. Daleman : Xixixiii... Curcol setengah curhat :i:

    Bejo : :b: nasib... nasib..

    Rie : Haiyaahhh.... tapi hati kita selalu pulih, asal kita mengizinkannya :c:

    BalasHapus
  6. @kanjeng ratu: nah salah masuk kategori dong :e:

    BalasHapus
  7. @kanjeng ratu ngeces : emang iya bisa pulih, tapi ibarat kayu yang dipaku, saat paku di cabut akan meninggalkan bekas, meski didempul dan di cat sekalipun tetap berasa beda... tak iye :c:

    BalasHapus
  8. saya tersentil postingan ini :i:

    BalasHapus
  9. udaaah...cep cep yaaaa... sini aku elus elus yang di sentil :c:

    BalasHapus
  10. @mba rie: itu...jempol kakiku yang disentil tolong dielus-elus yaaaa :f:

    BalasHapus
  11. sini saya elus-elus pake mandau :f:

    BalasHapus
  12. kasih saya aja kakak dqueen barang barangnya :h:

    ngareeeepp :f:

    BalasHapus
  13. aku juga pernah ngalamin kondisi itu :k: tp semuanya jd lain ketika aku memutuskan untuk mengencangkan alarm bahaya di hatiku :d:

    BalasHapus
  14. Nice post, sasab! :h:

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.