30.11.10

[..in the one autumn..]

“Kuncup-kuncup sekarat bunga krisan yang terbelai angin musim gugur. Getir meresah lalu jatuh ke tanah”



Tanah jauh tempatku berlabuh, melarikan diri dan mencoba berhenti bermimpi.

Tak ada hujan disini, repihan-repihan kenangan yang kutakuti.

Tak ada basah yang menggenangi cekungan hati atau bunyi gerimis yang bersanding dengan sayup tawamu. menerali ragaku.. membelenggu.

Menempiaskan rindu, di ulu-ulu jantungku.

Menghanyutkan setiap koyakan hati, menenggelamkannya bergegas, tanpa nafas… lemas.


Namun aku salah, cinta.

Dalam rima terakhir daun yang jatuh sore ini,

pada akar-akar pepohonan yang mulai meranggas hampir mati.

kau hadir lagi membunuhku pada tiap kepingan salju yang gugur satu-satu

Bahkan..... daun-daun menguning itu, melafazkan namamu.

*********

Negeri ini dingin , beku dan abu-abu, cinta. Langit yang menggigil dan pucuk-pucuk cemara yang temaram, kelam tak bersahabat… seperti aku yang kelelahan, tanpa tujuan.


(Glasgow, Winter 2010)


5 komentar:

  1. ''Langit yang menggigil... seperti aku yang kelelahan, tanpa tujuan.''

    dua proposisi yang menarik, sintesa alam yang mempertajam kondisi kejiwaan aku lirik.

    sayang, yang mengigil itu bukan langit bl :-p

    BalasHapus
  2. Woohh... ada mas Lang :c:

    Kondisi jiwa yang kelam yak... :m:
    Mudah2an proposisinya tetap menggambarkan apa yang ingin penulisnya ungkapkan :h:

    Eiss.. mau dung buat mas lang menggigil... xixixi :c:

    BalasHapus
  3. kapan kalian berdua duet? :c:

    BalasHapus
  4. itu mata saya yang minusnya parah atau emang tulisannya kecil yak :c:

    ihhiiir mas lang menjatuhkan pujian pada puisi ini...jarang2 lho :h:

    kereeen mba'e

    BalasHapus
  5. @dinda: mata kamu surplus :f: :f: :f:

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.