
Tanah jauh tempatku berlabuh, melarikan diri dan mencoba berhenti bermimpi.
Tak ada hujan disini, repihan-repihan kenangan yang kutakuti.
Tak ada basah yang menggenangi cekungan hati atau bunyi gerimis yang bersanding dengan sayup tawamu. menerali ragaku.. membelenggu.
Menempiaskan rindu, di ulu-ulu jantungku.
Menghanyutkan setiap koyakan hati, menenggelamkannya bergegas, tanpa nafas… lemas.
Namun aku salah, cinta.
Dalam rima terakhir daun yang jatuh sore ini,
pada akar-akar pepohonan yang mulai meranggas hampir mati.
kau hadir lagi membunuhku pada tiap kepingan salju yang gugur satu-satu
Bahkan..... daun-daun menguning itu, melafazkan namamu.
*********
Negeri ini dingin , beku dan abu-abu, cinta. Langit yang menggigil dan pucuk-pucuk cemara yang temaram, kelam tak bersahabat… seperti aku yang kelelahan, tanpa tujuan.
(
''Langit yang menggigil... seperti aku yang kelelahan, tanpa tujuan.''
BalasHapusdua proposisi yang menarik, sintesa alam yang mempertajam kondisi kejiwaan aku lirik.
sayang, yang mengigil itu bukan langit bl :-p
Woohh... ada mas Lang :c:
BalasHapusKondisi jiwa yang kelam yak... :m:
Mudah2an proposisinya tetap menggambarkan apa yang ingin penulisnya ungkapkan :h:
Eiss.. mau dung buat mas lang menggigil... xixixi :c:
kapan kalian berdua duet? :c:
BalasHapusitu mata saya yang minusnya parah atau emang tulisannya kecil yak :c:
BalasHapusihhiiir mas lang menjatuhkan pujian pada puisi ini...jarang2 lho :h:
kereeen mba'e
@dinda: mata kamu surplus :f: :f: :f:
BalasHapus