25.11.10

Sebelum Kau Tertidur


Sudah menjadi kebiasaan kami, setelah bercinta kami lanjutkan dengan berbicara sambil saling mendekap. Dari basah peluh kami, hingga kering disesap angin. Kemarin dia meracau tentang dirinya. Pernyataan demi pernyataan membuatku semakin tak bisa memahaminya. "Kenapa kamu mau denganku," ujarnya sambil mengusap ujung jari telunjuknya di tulang hidungku. Aku hanya diam menatap matanya. Hanya sekejap dia berani membalas tatapan mataku. "Aku ini pelacur. Kenapa kakak begitu mencintaiku meski tahu aku ini hanya perempuan kotor." Kepalanya disandarkan di belahan dadaku. Aku mengusap rambut panjangnya perlahan.


"Aku juga bukan orang suci. Aku tak berhak menghakimi kamu." Dia berganti diam. "Kamu bukan pelacur seperti anggapanmu. Kamu bahkan tak menjual tubuhmu padaku meski aku tahu kamu tak mencintaiku," tambahku. Hampir aku tak mempercayai perkataanku sendiri. Karena kadang sisi hatiku berkata lain. "Kakak tahu benar aku hanya pelacur. Aku menjual tubuh untuk bertahan hidup. Ya...hidup. Bertahan dalam semua kefanaan ini."

Aku tahu dia menjual tubuhnya. Bukan melacur di jalanan atau di prostitusi. Tapi dia menandatangani suatu kontrak untuk bersedia dinikahi secara siri selama beberapa waktu oleh seseorang yang kutahu adalah pengusaha di luar kota. Dan di dalam surat perjanjian tersebut menyantumkan sejumlah nominal uang yang akan dia terima selama perjanjian itu berlangsung.

"Kakak ingat buku yang kita baca bersama, novel 'Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur'?" tanyanya memecah keheningan. "He em," aku mengangguk. "Aku seperti Kiran. Semua yang kulakukan selama ini karena aku kecewa pada Tuhan." "Jangan gila..." aku memotong ucapannya. Ya Tuhan, iblis mana yang menggerayangi akal sehatnya. Dia menggeleng, rambutnya menggelitik ujung dadaku.

"Sedari kecil aku diperkosa ayahku. Dan ibu hanya pasrah membisu. Setiap malam aku memohon perlindungan-Nya. Setiap malam aku menggigil memanggil nama-Nya. Dan setiap malam pula aku kembali diperkosa," dia menghembuskan nafasnya, mungkin meredam emosinya. Tapi tak setitikpun air mengalir dari matanya. "Dan disaat aku mampu melawan dan berusaha kembali menjalani sebuah kehidupan normal tanpa ketakutan, Tuhan mempertemukan aku dengannya. Dia yang selalu mengatakan cinta padaku. Yang mengharap balas kasih dariku. Dan disaat aku membalas cintanya, dan bahkan mungkin rasa cintaku lebih besar dan menuntut akan dirinya, dia pergi begitu saja. Meninggalkan aku yang begitu tergantung padanya."

Mataku menerawang mendengar kisahnya, kisah yang seringkali kudengar saat aku bersamanya. Mungkin ini suatu terapi agar beban hatinya tak terlalu berat tertanggung sendirian. Jadi aku mendengarnya saja. Tapi dia tak mengetahui saat dia mencurahkan seluruh beban hatinya, ada sudut hatiku yang kembali tergores. Aku mencintainya. Dan dia tak mencintaiku. Entah apa yang ada dipikirnya hingga aku selalu dipersilahkan menemani malam-malamnya. Tentu saja disaat suami sirinya kembali ke anak dan istrinya.

Dia perempuan yang istimewa bagiku. Tapi aku juga perempuan yang tidak biasa. Karena aku perempuan yang mencintainya. "Kakak mencintaiku?" dia tersenyum sambil menatapku. Aku balas tersenyum. Lalu kurapatkan tubuhku ke tubuhnya sambil mengecup keningnya. Kelopak mata kami sudah memberat. Perlahan dia terpejam. Dan sebelum dia benar-benar tertidur, aku berbisik, "Ya, aku mencintaimu."

13 komentar:

  1. perempuan dengan perempuan??
    *pikiran aneh muncul*
    :j:

    BalasHapus
  2. akhirnya... ada yg koment juga *terharu :a:


    ya cuma cerita aja, ngembangin imajinasi :c:

    BalasHapus
  3. langsung mikir yg bukan-bukan :d:

    BalasHapus
  4. alur ceritanya dari awal buat persepsiku berubah2
    kayanya begini kayanya begitu ternyata
    lara wanita
    lalu menyukai wanita
    konfliknya brrrr
    menyedihkan

    BalasHapus
  5. aku suka komentmu kidz :h:

    BalasHapus
  6. tunggu...tunggu...perasaan semalam saya udah komen :i: :i: komen saya kemana...ayooooooo kemana :e:

    BalasHapus
  7. g ada koooooook... kamu g koment apa2... :a:

    BalasHapus
  8. beneran saya udah komen :a:..saya bilang saya pernah baca nopel itu *sambil nunjuk2*...ah pokoknya udahhhhhhhhhhhhh :e:

    BalasHapus
  9. kamu ngomongnya lewat ym kaleeee :e:

    BalasHapus
  10. :e: beneran mbaaaaaaaaa :a: koq ya saya yakin dah komen....huhuhuhuhuhu....komen saya kemana :b:

    *ubek2 tong sampah*

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.