13.12.10

Aku dan Kamu

Kamu :

Saat berbisik pada gelap
Kaulah cahaya yang terang itu
Saat berharap pada angin
Kaulah hujan yang dingin itu
Bila terangmu adalah siang
Ku tak mau malam datang memisahkan kita
Bila dinginmu adalah embun
Ku tak mau mentari membawamu pergi
Karena kuingin kau tetap disini
Hingga mataku tertutup selamanya

Aku :

Kamulah terang dalam setiap gelapku
Bukan hanya satu
Tapi dua titik cahaya yang selalu kurindukan
Dua titik yang sedang hadir mencerahkanku
Menggema indah dalam setiap gelapku
Meramu cinta dan menyulapnya menjadi indah
Namun semuanya semu
Sebuah ruang pembatas memisahkan kita
Tak dapat kurasa nyata dalam sentuhanmu
Semuanya membiaskan arti rindu itu
Mungkin kita telah melihat bahu langit yang sama
Namun sekarang bahu langitku telah menjadi dua
Bukan sepeti bahu langitmu yang selalu satu

Kamu :

Tak apalah bahu langitmu telah menjadi dua
Aku menunggumu
Terus menunggumu
Di batas langit itu aku akan terus memijakkan kaki ini
Menunggumu hingga menua
Sampai bahu langitmu menjadi satu lagi

Aku :

Takkan lelah aku menjelajah
Takkan lelah kaki ini untuk melangkahi obsesi
Aku tak ingin kamu terus menungguku
Carilah bahu langitmu yang lain
Biar kau bisa menyatukan pucuk rindumu dengannya
Karena bahu langit punyaku bukanlah milikmu

P.S: Untukmu yang pernah menjadi bahu langitku
May 2009

3 komentar:

  1. kenapa harus bahu Cil? kenapa g kepala aje? :c:

    BalasHapus
  2. :a:

    Miris banget....

    Feelingnya dapet banget di aq... :i:

    BalasHapus
  3. @gajah : lha jd aneh dong jah :g:

    @mbak sasab : ini juga dlo terjadi padaku :i: but, he looks happy now :h: either me :m:

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.