23.11.10

pada abu tulangku nanti


adikku,
keterlambatan meminta maaf membuat segala jadi kecewa
dan lupa waktu
bahwa kita pernah bahagia

akulah lelakimu yang setia memintal cinta
dua sudah hasilnya
tapi kadang kita lupa cara menerima
dan cinta hilang rasa tulusnya

boleh kau benci aku, adikku
mungkin dengan kutuk
dan akan kau dapatkan
kasihku tak pernah karam
bahkan dalam diam malam

adikku, aku hanya khilaf
dan lelaki butuh salah untuk jadi dewasa
aku telah cidera
tapi kalau cintamu adalah danau maaf
aku akan menceburkan diri di dalamnya
jika pun dirimu ingin menjadi neraka
aku akan terjun ke dalamnya

adikku, pada abu tulangku nanti
akan kau temukan bukti
tubuh yang cemar ini masih menyimpan
setangkup ingatan
juga ikatan
janji perkawinan
kau
anak-anak kita


dik, benarkah kebencian bisa mengobati sakit hatimu?
bukan maaf?

dalam salah
aku menunggu
mengetuk pintu

kau tahu?

36 komentar:

  1. apakah ini cerita tentang perselingkuhan ? :e:

    i hate that :k:

    *****
    but, nice post :c:

    BalasHapus
  2. ah... penyesalan emang datang belakangan...

    BalasHapus
  3. @azzaleavr

    selingkuh? suka banget sih berpikir selingkuh? HAHAHAHAha

    BalasHapus
  4. @Rie

    kalau di depan, namanya bukan sesalan, tapi ramalan.

    BalasHapus
  5. Uhmmm.... ngomong2... itu fotonya sexy sekaleeee :d: semi2 porno...tapi sukaaaaaaaaaaaaaa :f:

    BalasHapus
  6. Mungkin perlu dipikir berulang sebelum bertindak, sebelum datang penyesalan... tak iye mas?

    BalasHapus
  7. *memandangi foto, g berkedip* itu kok mirip seseorang... ah... masa lalu... :h:

    BalasHapus
  8. @Rie

    apakah karya adalah pasti pengalaman personal penulis, rie? apakah beda puisi dan curhat? sehingga komentar sering lebih bernada ''moralis'' daripada apresiasi?

    tidakkah kita lebih dapat bersikap sebagai penikmat, atau kritikus, daripada sebagai ulama atau ustad? kukira, memulai berkomentar dalam maqom, sesuai dengan kategori karya, akan menjadi nilai lebih di blog ini... semoga.

    BalasHapus
  9. Rieee...

    Fotona mirip akuuuu yak... :c:

    Simbaaahhh :a:

    Koq sedih yak?? :i:

    BalasHapus
  10. Iya lah... baiklah... silahkan mas langit berkreasi.:h:

    *padahal khan aku g bermaksud menggurui, cm mo tukar pendapat aja... tapi kalo merasa tersinggung, mohon di maafkan...

    BalasHapus
  11. @Rie

    lha, kok malah memakai kata tersinggung, hehehe... aku ingin urun pendapat saja, agar komentar-komentar di sini ''berbeda'' untuk tiap kategori. dan kukira, itu juga tujuan pengategorian tulisan. jika curhat, mungkin bisa diberi nasihat, apalagi yang moralis. tapi jika cerpen atau puisi, kan tidak ''pas''.

    tapi jika pendapatku tak tepat, ya tidak mengapa. barangkali memang aku saja yang berharap terlalu banyak, hehehe...

    sumonggolah...

    BalasHapus
  12. :f: kenapa ya aku selalu di kira marah/tersinggung... g lah mas... semuanya pendapat disini diterima dengan baik... aku juga ber[endapat sama kok sm mas langit, coba deh liat komentarku yang ada dipostinganku hari ini, intinya sama kayak yang mas langit bilang. Bahwa g semua puisi yang aku tulis itu pengelaman pribadi aku..
    Tapi mas, namanya aja manusia ya... pengen berpendapat...hehehehe.... Itulah kenapa ketegori di sini dibedakan antara puisi, prosa, curhat colongan dll.
    Pendapatnya mas bukannya nggak tepat, tapi mungkin terlalu saklek... kadang kita perlu lebih flexibel... Kalo ada yang berpendapat salah, ya diingetin... kayak yang mas lakukan tadi... :h:

    BalasHapus
  13. Kebencian sudah mematahkan
    lengkungan senyum
    yang kupunya
    karena
    Cintaku bukan danau maaf
    Cintaku hanya bejana waktu
    Yang akan membasuh perlahan
    Menyusupi setiap sendi
    Agar aku punya ketulusan
    Agar maafku tidak tawar


    aduh saya ini ngomong apa siii :h:

    maaf saya ngelindur mas :b:

    BalasHapus
  14. @Rie

    saklek di bagian mana? aku hanya mencoba ''bermain'' di rule-nya saja. berpendapat tentu saja sah dan dibenarkan. tapi, untuk tulisan yang sudah dikategorikan sebagai ''puisi'' atau ''cerpen'', pendapat itu seharusnya --menurutku-- lebih pada karakteristik tulisan, misalnya, apakah sudah tepat diksi, sampai disonansi atau konsonansi, tata kalimat, dan impresi yang sampai ke pembaca? kuatkan daya lecut kata, sehingga menggugah, dan membawa pembaca merasakan apa yang seakan dirasakan penulis?

    jika komentar bernada ''nasihat'' ala curhat untuk puisi, aku bayangkan nanti akan ada komentar sejenis ini: ''berdosa tuh.." atau "kok tega sih mas selingkuh?" atau, "pasti ini suka selingkuh nih penulisnya..."
    atau "kasihan ya istrinya..."
    atau "wahh bahaya, bisa ketularan nih semua anggota untuk berbuat sama..."

    hihihihi... tapi jika tetap mau hal seperti terus terjadi dan dijadikan hal yang biasa, ya sumonggolah...

    BalasHapus
  15. @grey

    pada bejana waktumu
    kubersimpuh membasuh
    dosa
    alpa

    pada maafmu
    kusemaikan lagi cinta purba
    seperti kisah ibu kita
    hawa yang setia
    di jabal rahmah

    BalasHapus
  16. Inspiratif. Makasih mas untuk masukannya, KEREN!

    BalasHapus
  17. pendapat yang membangun, tentu saja... bagus itu... hanya saja, saat orang menuliskan komentar, bukan ditujukan untuk penulis, kadang malah di tujukan pada diri sendiri, sekedar refleksi...atau lainnya... bukan menasehati seperti yang mas langit bilang...

    berbaik sangka kalo orang bilang... mungkin apa yg dipikirkan pengomentar, berbeda dengan apa yang ditangkap pendengar... ---uuuhmmm kok mbulet ya.... ya gitu deh...

    BalasHapus
  18. wah wah wah :a: akhirnya bisa juga baca karya mas langit disini :a: udah baca dari setengah jam yang lalu :a: sampe sekarang kata-katanya masih terngiang jelas :a: keren banget :k:

    BalasHapus
  19. :)

    Melihat komen-komen diatas...

    Meniru kata ustazd yang pada waktu Juma'atan *eh*
    "Ambil yang baik, buang yang buruk"

    Insya Allah semua perbedaan dan pendapat serta masukan, semakin membuat blog kita ini lebih bagus lagi, peningkatan karya yang berkualita. Berasa dan berlogika di saat yang sama.

    *ngemeng apa sayah ini* :a:

    BalasHapus
  20. @Rie

    duhh, rie, kamu salah mengerti maksud aku. maksud aku bukan kamu menasihati penulis. bukan itu poinnya. inti yang aku sampaikan, sebuah karya sastra --prosa, puisi, drama-- seharusnya mendapatkan perlakuan komentar yang berbeda dari karya lain, seperti curhat, atau catatan harian sejenis diari. begitu intinya.

    belum mengerti juga?

    kedua, komentar kamu terakhir bukan ''daya tahan'' sebagai ''pemilik'' blog ini kan? aku takut, kalau kritik, saran, ditanggapi dengan ''daya kelit'' sejenis ini, dampaknya akan sama dengan situs tetangga sebelah.

    semoga di komentarmu nanti, tidak keluar kata, ''tamu tahu dirilah, jangan sampai membuat pemilik blog jadi ga nyaman..."

    jadi, sekali lagi, pahami point yang kumaksudkan, dan marilah belajar lapang dada...

    BalasHapus
  21. Okeh mas langit alias simbah timpuk alias LBL..
    Siapkah anda untuk mendengar komen saiyahh... :c:

    Jreng.. Jreng.. Jreng..

    Kata-kata lugas yang mas pake, mengalir apik.
    Rima yang meloncat-loncat tapi masih enak untuk dibaca. Sebagai satu keseluruhan menggambarkan sebuah kesungguhan. Intinya kalo ke saya itu pesan dalam puisi Mas nyampe, kena banget di hati.

    Dan maaf, saya masih perlu banyak belajar tentang
    diksi, sampai disonansi atau konsonansi, tata kalimat, dan impresi yang sampai ke pembaca? kuatkan daya lecut kata, sehingga menggugah, dan membawa pembaca merasakan apa yang seakan dirasakan penulis?

    Maklum.... Sering bolos pas mp bahasa indonesia :i:

    BalasHapus
  22. Saya bukan pemilik blog iniiiiiiiiiiiiiiiiiiii :i:


    paham mas paham... *perutku mules, mestruasi hari pertama, maaf ya mas, tak tinggal istirahat dulu*

    BalasHapus
  23. berat deh diskusinya :i:

    nonton dipojokan :i:

    BalasHapus
  24. Langkahku letih
    Menarik udara
    menutup mata
    Kenangan membawa ingatanku berjalan mundur
    Entah kau atau aku yang merana sekarang

    Beritahu aku menyemai sepertimu
    Biar kutanam dalam setiap denyut ku
    Lalu berikan ribuan tetesan sayangmu
    Untuk memeliharanya dalam hatiku

    BalasHapus
  25. maap saya masi nglindurr :b:

    ada yg mau nemenin saya jadi tukang lindurr :c:

    BalasHapus
  26. Ok

    Sepertinya kondisi mulai memanas disini.

    Yang aku tangkap dari kata-kata mas Langit di atas, dia berusaha mengungkapkan idenya, bahwa hendaknya ketika berkomentar tentang karya tulis seperti puisi, prosa, dll, komentari gaya penulisannya dan bukan perasaan atau situasi yang terjadi dalam karya tulisan tersebut.

    Dia hanya berusaha memberi masukan bahwa ketika kita berkomentar, hendaknya tidak selalu dikaitkan dengan perasaan, tapi kepada gaya penulisannya, sehingga penulis bisa semakin mempertajam gaya penulisannya (bener ga sih mas kayak gini maksudnya? hehehe)

    Jadi intinya, sepertinya ada sedikit miskomunikasi saja antara mas BL dan gajah *dibalang sapu*

    BalasHapus
  27. Tambahan:

    Dari sisi Rie

    Dia hanya ingin mengatakan bahwa kita menulis di blog ini belum sampai pada taraf dimana perlu adanya editor yang kejam, dimana gaya penulisan pun hingga dikupas habis.

    Jadi titik tengahnya adalah: Kita mulai latih cara berkomentar, agar disesuaikan dengan isi tulisan, tidak selalu mengaitkannya dengan perasaan, sehingga gaya penulisan si penulis pun akan semakin berkembang dengan komentar-komentar tersebut, demikian (maaf kalau kata-kata saya kurang bagus).

    Memang blog ini dibuat salah satunya dengan tujuan untuk tujuan perbaikan ke depannya, seperti diucapkan oleh seseorang "Yang penting kita jangan terlihat seperti forum yang tidak mau membuka cangkang atas ketidaktahuan, karena kalau seperti itu, berarti percuma blog ini dibuat."

    BalasHapus
  28. hayo hayo *keplok-keplok*

    kita minum eskrim haagen das yg green tea biar adem :d:

    *menatap tante anne dengan takjub :d:

    BalasHapus
  29. akhirnya bisa baca karya perdana mas langit disini...
    keren pemilihan katanya dan pesannya bisa saya tangkep..untuk diksi,disonansi atau konsonansi, tata kalimat, dan impresi, daya lecut kata itu saya juga masih perlu banyak belajar.
    bagi ilmunya ya mas :h:

    BalasHapus
  30. Tante ituuuu.... nunjuk ke kalimat

    "Yang penting kita jangan terlihat seperti forum yang tidak mau membuka cangkang atas ketidaktahuan, karena kalau seperti itu, berarti percuma blog ini dibuat."

    Sepertinya dikutip dari seseorang yang menawan dan rupawan, cantik lincah memabukkan :h:

    BalasHapus
  31. woh, tante Anne kereeeeennnn...

    mas langit juga keren.. Rie juga keren..

    semuanya kereeennnnn.. :f:

    BalasHapus
  32. makasih ibu tweety dah blgin sy keren :d:

    BalasHapus
  33. Te anne...kau kau kau...aaah kerennn..
    Dqueen: kau memang memabukkan

    Mas Langit nan biru, kalau saya yang komentar pasti hanya bilang "keren" dan ga bisa kasih masukan apa apa..soalnya saya nggak ngerti apa itu diksi,konsonansi, disonansi dll tapi kalau diajakin diskusi soal deterjen dan pewangi mana yg bagus, merk setrika, merk mesin cuci.. aku pasti bisa kasih komentar *sungkem*


    *kaburrrr

    BalasHapus
  34. komen pertama nan telat bacanya: kereeenn...akhirnya saya bisa ngerti :c: penceritaannya keren, hingga kita bisa mengerti jalinan peristiwa yang dirasakan sang aku

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.