10.12.10

Becak

Siang itu panas sekali. Mukaku seperti terbakar sinar matahari. Kata orang-orang, aku memiliki paras ibuku yang ayu, berlesung pipit dan berkulit putih. Panas matahari yang menyiram wajahku, tidak akan sanggup untuk mengubah warna kulitku. Tapi aku tak pernah mengenal ibuku, aku hanya tahu ibu dari cerita tetangga dan bapakku.

Mobil Dion berjalan melewatiku dan berhenti di depanku. “Mita, mau aku antar pulang?”

Ah, kesempatan nih, pikirku. Aku bisa menghemat uang saku karena tidak perlu naik bis dan dapat tumpangan gratis.

“Rumahmu dimana?” kata Dion membuka pembicaraan di dalam mobil.

“Ngg.. ntar aku turun di Malioboro mal aja. Rumahku di belakangnya.”

“Wah, asik dong tiap hari bisa ke mal.”

Tiap hari ke mal? Bisa aja sih. Tapi ya cuma liat-liat aja. Belanja pakai uangnya sapa? batinku.

Aku hanya tersenyum saja kepadanya.


“Kamu cantik, Mit.” Katanya sambil memandangku.

Ergh.. mulai deh. Aku tahu Dion suka padaku, tapi bukan rahasia lagi kalau Dion playboy nomor satu di sekolahku.

“Kalau nyetir liat jalan dong, ntar nabrak.” Kataku kemudian sambil menatap lurus ke depan, memperhatikan para tukang becak yang mulai ramai di jalanan.

“Ah, paling-paling nabrak tukang becak lagi. Sudah dua kali mobilku diserempet tukang becak tolol seperti mereka ini. Harusnya mereka ini dilarang kayak di Jakarta, bikin macet jalanan aja.”

Aku diam saja. Berdebat dengan orang macam Dion gak ada gunanya. Lagipula aku juga numpang mobilnya.

BRAK! Mobil Dion menabrak sebuah becak.

Tiba-tiba saja ada becak yang keluar dari sela-sela deretan mobil yang diparkir di pinggir jalan.

“Tuh kan, apa kubilang! Orang-orang macam mereka tuh bodoh semua!” Dion lalu keluar dan memaki-maki tukang becak itu.

Aku terpaku di dalam mobil. Aku bingung. Aku takut dan juga malu. Aku kenal siapa penarik becak yang malang itu. Tapi aku tidak boleh diam saja.

Aku beranjak keluar, mendekati penarik becak yang terduduk lemas di trotoar. Penarik becak itu memandangku nanar.

“Bapak gak apa-apa?”

“Kamu ngapain Mit ngurus orang gak guna macam dia?” Dion masih saja marah-marah.

Aku tersenyum menatap Dion, “kenalin Yon, ini bapakku.”

9 komentar:

  1. widiw :d: keren banget ini bang viktor :d: pendek tp pas banget ceritanya :d:

    BalasHapus
  2. wahhhhhhh kenalan ulang :c: :c:

    hmmm...jadi endingnya bagaimana ini?? ngebayangin si Dion melotot

    BalasHapus
  3. Awas kau Dion :e:

    hoiiii bang vic....:h:

    BalasHapus
  4. Selamat bergabung bang Vic :c:

    BalasHapus
  5. @deepblueendingnya terserah pembacanya. Namanya flash fiction (FF), cerpen pendek yang berakhir 'twisted'. Ini FF repost waktu kmrn ikut Ubud Writers Festival :D

    BalasHapus
  6. :a: :a:

    baca cerita ini kenapa malah jadi pengen nangis ya,
    jadi inget bapak ku..

    :i:

    BalasHapus
  7. ketemu lagi dengan si Vic.. :c:

    wuiihh, ceritanya nggemesin..

    jadi pengen nabok si Dion.. :e:

    :f: :f:

    BalasHapus
  8. eh dion itu nama yang dulu maen di sinetron tersayang bukan ya?

    yang nama pemainnya anjasmara, trs pacarnya namanya mayank yang maen jihan fahira...

    (komen ga nyambung) :m:

    jadi tulisan yg kaya gini namanya FF toh, baru tau...
    #catet

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.