27.11.10

Terkucilkan

Sebuah kata menguntai indah
Memilin segala kebahagiaan
Dan menghanguskannya hingga tak bersisa
Abu pun tak tercipta
Benar-benar bersih
Sebersih cintamu kini padaku
Tak berbekas

Aku terus melangkah. Ya, melangkah. Lemah. Pelan. Dan tidak pasti. Pernahkah kalian mengalami apa yang kualami? Ah, pasti tidak pernah. Kalian pasti tidak pernah mengalami kisah miris hidupku. Semua foto semi-telanjangku beredar di internet. Ya, disebar oleh pacarku. Aku telah diusir dari rumah. Di-DO dari kampus. Dikucilkan. Dan sekarang, aku sendiri di tengah malam yang sunyi. Sepi. Mencekam. Tanpa pernah tahu kemana kakiku akan membawaku.

Aku merasa seperti aku makhluk paling malang di dunia. Meskipun aku tahu bahwa aku bukanlah yang termalang. Setidaknya aku tidak langsung menjadi terkenal seperti artis yang lagi hot-hotnya diberitakan itu. Bahkan Mr. President pun sampai rela terjun memberi komentar tentang berita itu.

Aku tak mungkin kan diberitakan sampai segitu hebohnya. Aku memikirkan harus tidur dimanakah aku malam ini. Aku mencoba untuk terus melangkah. Selama aku bisa. Selama aku mau. Dinginnya malam terus menusuk kulitku. Merajam setiap sudut sendi-sendi. Mengalir ke setiap peredaran darah. Kemudian membeku di sudut terdalam.

Aku memutuskan untuk sejenak merehatkan badan di sebuah warung kopi. Kelihatannya buka 24 jam. Kudengar ocehan-ocehan dari bapak-bapak yang juga sedang nongkrong di warung itu. Ada yang ngomongin tentang gencarnya video mesum itu. Ada yang ngomongin kebijakan pemerintah. Segala gosip dan politik berbaur menjadi satu dalam rangkuman curcol yang seru. Yah, curcol.

Cukup 10 menit aku berada di tempat itu. Aku sedikit gerah dengan wira-wirinya asap rokok di sekitar hidungku. Aku berkali-kali terbatuk. Ya, bukan aku tak terbiasa. Dia pun dulu juga perokok berat. Aku hanya tak bisa mencium asap rokok.

Gumulan bulir-bulir gas itu terus membumbung
Mencapai langit tertinggi
Menggapai semua bintang
Mencumbu bulan
Dan bercinta dengan keduanya
Namun aku tidak tertarik dengan adegan itu
Aku lebih tertarik dengan asal dari gumulan bulir-bulir gas itu
Ya, itulah dua sisi simetris tubuhmu
Sungguh bibir yang indah

Aku terus menatap langit. Langit hanya menyisakan bintang dan bulan yang sedang bercinta berdua. Ya, hanya berdua. Bukan bertiga dengan gumulan asap rokokmu. Mungkin sekarang gumulan asap rokokmu tengah bercinta dengan bintang atau bulan yang lain. Atau mungkin tengah berpaling ke tengah padang bunga dan menjelma menjadi kumbang penghisap madu.

Mataku mulai terpejam. Terbersit sedikit pikiran tentang bagaimana seorang diri ini bisa menyambung hidup kelak. Dengan uang di tangan hanya tiga ratus ribu rupiah. Dan sisa duit di ATM yang sungguh mencekam. Entahlah, apa aku bisa bertahan atau tidak.

3 komentar:

  1. "Semua foto semi-telanjangku beredar di internet" dibagian mana nih neng :f: :f: :f:

    ah dirimu makin lama makin pandai merangkai kata neng :c:

    BalasHapus
  2. Tak kira tadi judulnya TERKRUCILKAN hehehe....

    kenapa yg terkucilkan selalu pihak perempuan... kenapa yg dituding selalu perempuan... perempuan yang begini...perempuan yang begitu...

    apakah sama dengan pertanyaan, mengapa hawa yang menjadi kambing hitam atas turunnya adam dan hawa ke bumi...

    perempuan...

    BalasHapus
  3. @mbak kolor biru : di bagian mna ya :g: gak kepikiran :k:

    @gajah : ya ini sekaligus membuka mata kita bhwa di luar sna bnyk kejadian seperti ini :h: hanya saja kurang terekspose :k:

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.