20.11.10

Raga Yang Terpasung


Termangu aku duduk di sudut ruang
Gelap dan pengap..
Ragaku teronggok terabaikan
Tak selarik sinar pun menerobos ke dalam.
Ingin rasanya berlari
Menari-nari di ujung senja
Menebar senyum ke penghujung dunia
Bermain di bawah rinai hujan
Memetik warna-warni bunga yang menggoda mata

Aku rindu belai itu..
Lembut jemarinya menyisir anak rambutku
Kokoh pundaknya menjadi sandaranku
Bidang dadanya menjadi tumpahan tangisku
Aku senang mendengarkan detak jantungnya
Saat kurebahkan kepala di dadanya.
Namun....
Akulah jiwa yang tersakiti itu
Remuk redam hati ini
Tercabik berkeping-keping
Berdarah dan perih di setiap sisinya
Aku diam saat dia berlalu..
Sejuta harapan dibawanya pergi
Takkan ada lagi belai mesra itu..
Tak ada lagi dada bidang tempatku bersandar
Semua sudah berpindah hati..
Dan aku disini, hanya bisa meringkuk sepi..
Ditemani derit ranjang besi..
Terbelenggu dalam gelap yang pekat
Raga dan jiwaku sudah mati
Terpasung kayu jati
Dan mereka pun memanggilku “Gelo”


*** Gelo (bahasa Sunda) = Gila ***


3 komentar:

  1. sudah saya komeni dilapak sebelahnya :h: eh..eh..eh mba..itu mau nanya kenapa nick mba nda muncul di daptar samping?? :c:

    BalasHapus
  2. huwaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa :i: hari ini saya membaca tiga tulisan mengenai orang yang jiwanya sakit karena kehilangan :i: sedih banget :i:

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.