24.7.11

Mengingat Mati


Palembang, 2011 Juli dihari ke-15

Umurku 24 tahun 7 bulan 15 hari kini, aku tidak punya apa-apa selain keluarga, beberapa teman. Yah itulah yang kumiliki sekarang, minimal hanya itu yang bisa kuakui kumiliki. Itupun hanya untuk sementara waktu sampai akan tiba saatnya Pemilik yang sesungguhnya akan datang dan mengambilnya tanpa bisa kucegah.

Semua orang pernah merasai kehilangan -tentu saja- dan aku…aku mungkin termasuk dalam golongan orang yang masih merasa sulit menerima kehilangan seseorang. Saya bisa dengan yakin mengatakan, insyaAllah bisa menerima kehilangan barang dengan lapang, seperti saat harus kehilangan hp pertama yang diberi orang tua, kehilangan beberapa pulpen biru, kehilangan peralatan-peralatan gambar, kehilangan ratusan ribu lembar rupiah. Tapi rasanya, saya tidak selapang itu ketika harus kehilangan orang-orang terdekat dalam hidup.

Saya masih mengingat dengan jelas, bahkan bisa menjelaskan detail peristiwa saat kakek saya menjelang meninggalnya. Mengingat saat kecil, saya merasa hanya dia yang menyayangi saya, mengingat ketika beliau habis menerima pensiunannya, akan teriak dari bawah rumah mengajakku membeli krupuk ‘kopi susu’. Mengingat saat saya diiming-imingi upah agar bersedia mencabuti rambut putihnya, mengingat dia menggendongku saat pura-pura tidur  karena aku tidak ingin pulang ke rumah.

Malam ini, ingatan akan orang-orang yang pernah datang, singgah dan kemudian pergi dalam hidup saya datang silih berganti. Dan saya lupa kapan terakhir kali merapalkan doa untuk mereka.
Malam ini anggap saja saya menyelesaikan satu fase renungan singkat, saya mengingat apa saja yang pernah saya lakukan, mengingat orang-orang yang pernah selintasan jalan dalam poros saya, mengingat orang-orang yang mungkin pernah merasa tersakiti karena saya, mengingat betapa keras kepalanya saya dan betapa sulitnya mengucap maaf.

Dan saya disini kini…berfikir…mungkinkah saat saya meninggal kelak, akan ada orang yang mengingat saya seperti saya mengingat kakek saya? mungkinkah akan ada orang yang bersedia mengucap barisan doa untuk saya? akan ada yang menyimpan kenangan tentang saya dengan begitu rapi? Entahlah…


*note....menunggu modem nyampai untuk mosting ini

2 komentar:

  1. seperti kata pepatah "gajah mati meninggalkan gading dst" selama kita berbagi kebaikan pasti akan selalu ada yg akan mengingat dan merapal doa untukmu. And you are so nice en helpful mBlue, if the time has come, so many person will remember and pray for you :h:

    BalasHapus
  2. hiks...hiks...hiks...makasih tante noni :i:

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.