22.3.11

'Refugee'


Pernah nggak kalian berada di samping seorang “refugee”, duduk bersamanya serta mendengar kenapa dia bisa ada di negeri antah berantah yang begitu jauh dari tempat dia dilahirkan…??

“Kalau aku tidak pergi, bisa jadi aku sudah mati,” katanya.

“Kenapa?”

“Karena aku perempuan dan berpendidikan tinggi. Temanku mati ditembak oleh rezim penguasa tepat di sebelahku ketika kami sedang berjalan beriringan. Beruntung aku lolos dari desingan peluru yang nyaris merenggut nyawaku. Karena aku perempuan maka aku harus diam di rumah. Melanggar pasti ada konsekuensinya.”

Dia, temanku yang kukenal sejak tahun lalu, dulunya seorang dosen di sebuah universitas di sebuah negeri yang hanya kudengar dari dongeng. Beberapa tahun yang lalu memutuskan pergi meninggalkan tanah kelahirannya tanpa selembar dokumenpun, dan terdampar di sebuah tempat bagi pencari suaka di negeri antah berantah. Kakak perempuannya menjadi refugee di Swedia dan beruntung orangtua bersamanya.

Dia menunggu untuk mendapatkan sebuah paspor (sekaligus kewarganegaraan) dari sebuah negeri yang dipijaknya sekarang, seperti halnya jutaan refugee lainnya. Negeri tempat dia dilahirkan akan tinggal di benaknya sebagai sebuah kenangan. Sebuah tempat yang tidak akan pernah dilihatnya lagi.

Lahir di Indonesia tetap saja lebih beruntung meski sekolah tidak murah dan tidak semuanya bisa bayar sekolah. Tapi paling tidak nyawa perempuan tidak perlu melayang karena pintar, karena bersikeras ingin sekolah, dan karena punya pekerjaan.

2 komentar:

  1. mbaaaaaaaaa....kangennnnnnnn :a:

    wah negara mana itu mba yang mau membunuh klo kita pinter???

    BalasHapus
  2. hai mBlue....pa kabar....??? Tumben nongol, ngembat koneksi dari mana....??? *digampar modem*
    Tebak aja mBlue, kiro-kiro gitu, pas-nya terserah kamu lah *obral kolor*

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.