Pertemuan itu sebagai awal dari terciptanya cinta sejati. Berawal dari sebuah sapaan, sampai pada perkenalan. Bukan sebuah kebetulan, tapi segala sesuatunya sudah diatur oleh sang Pencipta.
Sebuah keakraban yang tercipta pada lingkungan kerja yang sama membawa mereka kepada jenjang hubungan yang lebih dari sekedar teman. Sampai akhirnya sepasang manusia ini memutuskan untuk mengikat janji suci mereka dalam sebuah pernikahan. Tahun demi tahun pernikahan berlalu, tapi sepasang manusia ini belum dikaruniakan keturunan. Sempat frustasi dan putus asa, tapi dengan keyakinan mereka terhadap keajaiban dan kehebatan sang Pencipta, mereka pun berserah penuh dan meyakini bahwa suatu saat akan dikaruniakan keturunan.
Keyakinan mereka pun membuahkan hasil, tahun keempat pernikahan sang istri positif hamil. Setiap tahun dikaruniai seorang anak. Terakhir pada tahun ketiga, lahirlah satu-satunya seorang putra yang menjadi dambaan sepasang suami istri karena sebelumnya mereka telah dikarunia dua orang putri.
Kehidupan pernikahan memang tidak selamanya tenang-tenang saja, dan sudah tentu banyak yang tahu tentang itu. Tapi ada saatnya sepasang suami istri ini menemukan hal dimana mereka membutuhkan pengertian lebih demi kelangsungan rumah tangga ini. Sang istri menuturkan betapa bersyukurnya memiliki suami yang berjiwa humor. Ketika sang istri justru berapi-api dan emosi memuncak, sang suami justru tersenyum dan ibarat air memadamkan api itu. Bahkan ketika istri berada pada tingkat kejenuhan yang tinggi, sang suami yang memang bisa memainkan gitar, memilih untuk menghibur sang istri lewat alunan musik dan suara merdu sang suami. Mereka saling memuji satu sama lain. Saling memperlengkapi satu sama lain.
Memang kehidupan di dunia ini diibaratkan seperti uap yang nantinya hilang ditiup angin. Tidak ada yang kekal di dunia ini. Sampai suatu hari sang suami pun tidak bisa menemani sang istri untuk menjalani hidup di dunia ini. Ya, sang suami lebih dulu meninggalkan istrinya. Hal yang sangat mengguncang bagi sang istri, bahkan ketiga anaknya. Tidak hanya itu, bahkan para kenalan dan handai taulan tidak mempercayai akan hal itu, bahwa begitu cepat sang suami yang bisa dibilang periang, baik, dan dikenal banyak orang ini meninggalkan mereka semua untuk selamanya. Yang namanya kematian dan jodoh hanya menjadi rahasia Sang Pencipta yang tidak ada seorang manusia pun yang tahu.
Keadaan rumah yang tadinya dipenuhi dengan warna-warni, kini menjadi kelabu. Tetapi sang istri dan ketiga anaknya tidak ingin terus berlarut dalam kesedihan, karena hidup ini akan terus berjalan. Dan menangis terus menerus pun tidak akan membuat Ayah dan Suami tercinta mereka hidup kembali. Kedua anak memutuskan untuk merantau, mencari kehidupan di tanah orang, memastikan bahwa Ibu mereka baik-baik saja, mereka pun pergi. Yang tersisa adalah anak kedua, yang tetap tinggal bersama sang Ibu. Kebetulan anak kedua ini telah berkeluarga dan memiliki seorang puteri. Puteri dari anak kedua ini sempat merasakan kasih sayang dari sang kakek walaupun hanya tiga tahun sampai akhirnya sang kakek meninggalkan istri, ketiga anak dan cucu satu-satunya saat itu.
Sembilan belas tahun berlalu, sampai semua anaknya pun telah membina keluarga masing-masing. Disaat orang lain memilih untuk mencari cinta yang baru, sang istri justru betah dengan kesendiriannya. Bagi dia, keluarga besarnya adalah cintanya selamanya. Sang istri berkata bahwa untuk mencintai tidak hanya ketika orang yang kita cintai masih bisa bernafas, bahkan ketika dia kembali kepada debu pun aku tetap mencintainya. Meskipun tubuh kita terpisah, tapi cintaku dan cintanya tidak terpisah, karena aku membiarkan cintaku dibawa pergi olehnya, sehingga bagiku dia adalah pria satu-satunya untukku dan keluargaku.
Kulit yang tadinya segar mulai berubah keriput, menandakan bahwa usia sang istri pun sudah tidak muda lagi. Tapi cintanya kepada suami masih sama seperti saat muda dulu, cinta mula-mula, cinta yang sejati. Mungkin inikah yang dinamakan "hidup hanya sekali, mati sekali, dan mencintai hanya sekali" . . .
Terima kasih buat cerita indah sang nenek .
*Big Hug and Kisses for my beloved granny*
0 comments:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.