Aku senang melihatnya tidur terlelap, entah sedang bermimpi atau tidak. Kalau dia bermimpi, aku memohon pada Tuhan agar memasukkan aku ke dalam mimpinya; dia menjadi putri raja dan aku pengeran dari negeri tetangga.
Kata mamaku, seorang wanita sebenarnya cantik atau tidak, terlihat saat mereka bangun dari tidurnya. Dan gadisku selalu terlihat anggun di pagi hari, walau hanya dengan baju tidur dan bekas air liur yang mengering di pipi.
Hari ini dia menyapaku lagi, “pagi Agas, gimana kabarmu pagi ini? Sudah kenyang semalam?” Sapaan itu bagaikan sebuah suntikan semangat baru tiap pagi.
Setelah itu dia melanjutkan aktivitasnya sehari-hari. Mandi, gosok gigi, dan sarapan pagi. Aku diperbolehkannya ikut ke tempat dia kuliah. Juga menemaninya duduk di taman dekat rumah. Berjam-jam kami habiskan berdua saja, membaca buku cerita atau saling bercanda melempar tawa. Tidak ada yang betah duduk di dekatnya selain aku, karena teman-teman dan keluargaku selalu kompak mengusir mereka yang berusaha mengganggu kami di taman itu.
“Darimana, Put? Kok baru pulang? Sendirian di taman lagi?”
“Iya, ma. Cari inspirasi buat skripsi.”
“Gak baik lho siang-siang di taman, apalagi taman serimbun itu. Banyak nyamuk. Anak tetangga kompleks tadi siang dibawa ke rumah sakit karena kena demam berdarah. Gara-garanya dia suka main di taman itu.”
“Iya, ma.” Gadisku hanya bisa mengangguk saja.
Saat tiba di kamarnya, gadisku berbisik padaku, “mama tidak tahu rahasia kita.”
********/*******