Semuanya terasa hampa begitu aku campakan telepon di sudut kamarku. Pertanda bahwa cinta ini juga harus terlepas. Terhapus dari sisi hati yang kelam ini. Kamu. Ya, kamu. Sosok yang selama ini ku cinta. Ternyata dengan mudahnya kamu menghapus semua kenangan ini. Hanya karena masalah kecil. Aku tau ini susah. Aku selalu berusaha mengerti kamu. Tapi... Sudahlah. Semuanya mungkin memang sia-sia saja. Aku mungkin harus melupakanmu. Sebelum hati ini tergerus rindu yang begitu menyiksa.
***
jadi kita nonton hari ini?
###
sender : Bumi
Aku coba menghapus setiap bulir kaca yang mengintai di pucuk mataku. Aku sadar aku harus menatap hidup baru di depanku. Masih banyak hal yang harus kulakukan.
iya. Jadilah. Kamu jemput aku ya?
###
sending...
message sent!
Aku bersiap untuk bergembira. Menutupi segala kesedihan. Jika beruntung, mungkin aku dapat menghapusnya. Aku terus mematut diriku di cermin. Rok polkadot dan kaus kerah pressbody ini membuatku tak kalah jauh menarik dengan gadis-gadis seumuranku diluar sana.
Hari ini sebuah keputusan yang mungkin akan mengubah hidupku akan kubuat. Lebay memang. Namun aku harus melakukan itu. Kalau tidak, aku akan terus terkubur dan menjauh dalam lembah kesedihan.
"kamu mau gak jadi pacarku. Lima hari aja"
Dia tersentak. Separuh jus yang hampir meluncur manis ke dalam lambungnya terpental keluar lagi. Aku tertawa kecil. Aku yakin dia terkejut. Aku yakin seyakin-yakinnya. Aku mendekati mukanya dan memperhatikan semua mimik grogi yang dapat kutangkap.
"Bumi, aku serius."
"Gak usah becandaan begitu kamu, Lan."
"Aku gak bercanda."
Kusandarkan badanku di sandaran kursi ini. Kusulut sebatang rokok dan kukepulkan asapnya di udara. Dia tersentak.
"Sejak kapan kamu merokok, Lan."
"Sejak aku putus asa, Bum. Aku gak bisa handle ini semua. Aku harus punya pelampiasan. Kamu tau kan betapa aku mencintainya?"
Bumi menghela napasnya. Detik berikutnya, Dia sudah menarik rokok itu dari mulutku. Kemudian mencampakkannya ke lantai. Aku tersentak dengan keberaniannya itu. Dulu waktu aku masih pacaran sama dia, dia tidak pernah berani bertindak seberani itu kepadaku.
Kembali kuambil sebatang rokok dan kusulut kembali. Namun dia cukup sigap juga, dirampasnya semua rokok yang ada di hadapanku dan dibuang ke tempat sampah. Aku menatap wajahnya yang mulai memerah.
"Baiklah. Aku akan menjadi pacar lima hari buatmu. Tapi kamu harus berhenti merokok."
***
Hari pertama.
Hari ini kita ke kebun binatang kan?
Aku mau liat panda yang baru aja diimpor dari Cina.
###
sending...
message sent!!
Hari ini aku dan Bumi akan pergi ke kebun binatang. Aku menjadi seperti anak kecil ketika bersama Bumi. Begitu berbedanya Bumi dengan Lingga. Lingga selalu menjadi anak kecil buatku, sehingga aku tak menyadari bahwa aku hampir kehilangan rasa bermanja-manja itu. Dan aku kembali menghidupkan rasa itu dengan Bumi. Namun, aku tak ingin jatuh cinta kepadanya. Aku sungguh tak ingin. Aku membenci cinta sejak aku kehilangannya kemarin. Aku tak akan mau mengenang cinta untuk apapun itu. Aku sudah terlanjur jauh tenggelam dalam pusara sakit hati yang begitu menyiksa.
Hari kedua.
Aku memakai celana pendek sepaha dan kaus ketat berwarna pink serta sepatu kets senada. Aku mau pergi makan eskrim di Ha***n D*s sama Bumi. Entah kenapa aku seperti kembali ke usiaku disaat masih 17 tahun. Aku begitu merasa bahwa aku menjadi begitu manis dan kalem. Aku merasa ini seperti cinta pertamaku. Tapi tidak, bukankah aku sedang bermusuhan dengan cinta?
Hari ketiga.
Hari ini adalah hari dimana aku harus tenggelam dalam kesal (lagi). Bumi membatalkan janjinya. Dia harus menyelesaikan tugasnya. Dan aku hanya bisa terdiam membisu dalam sunyi yang membalutku.
Hari keempat.
Tebak apa yang dilakukan Bumi hari ini? Yap, dia menyelinap masuk ke dalam kamarku dan memberiku sebuah kejutan. Sebuah boneka Te**y B**r yang sebesarku kini hadir di depanku. Aku merasa dia berbeda. Dia seperti begitu jantan ketika berada di depanku. Aku seperti tak bisa berbuat apa-apa ketika berada di depannya. Aku kaku. Dan membeku.
Hari kelima.
Hari terakhir dimana dia menjadi pacarku. Rasanya aku tak ingin keluar. Rasanya aku tak ingin menemuinya. Aku lemah lunglai menyadari kenyataan ini. Aku begitu bahagia ketika aku bersamanya. Aku tak mau mengakuinya. Aku tak mau lagi menyerah untuk kedua kalinya. Aku tak ingin jatuh cinta lagi. Tidak. Ini bukan cinta.
Berulang kali aku meyakinkan diriku. Aku bersikap seolah biasa kepadanya. Ada sesuatu yang harus aku selesaikan. Aku yang membuat diriku terjebak dalam pusara tak berujung ini. Aku tersenyum semanis mungkin. Namun yang keluar justru senyuman seperti orang yang menahan sakit.
"Apa aku bisa mendapat jawaban sekarang? Apa kita bisa terus melanjutkan hubungan ini? Sebelum kamu memberikan jawaban, aku ingin mengatakan sesuatu."
Aku menelan ludahku. Aku tahu sekarang akulah yang ada di pihak yang grogi. Aku takut dia memutuskanku duluan. Aku mungkin juga takut kehilangan kehangatan lima hari itu. Aku...Ah aku sudah tak mampu berkata apapun. Bahkan membathin pun aku tak sanggup.
"Aku tau kalau aku cuman pelarianmu saja. Aku berusaha, selama lima hari ini, untuk terus membuatmu nyaman. Untuk terus membuat hatimu yang telah membeku kembali menghangat. Untuk terus menyatukan serpihan hatimu yang telah remuk redam. Aku ingin selalu melindungimu. Ingin selalu berada di sisimu dan membahagiakanmu. Pernahkah kamu menyadari betapa aku begitu terluka saat airmata itu menggantung di sudut matamu? Pernahkah kamu menyadari bahwa aku siap menampung segala beban yang ada di pundakmu agar kamu dapat tersenyum seperti dulu. Aku juga terluka sama seperti kamu merasakan luka itu, Lan. Aku sungguh hanya ingin membahagiakanmu."
Aku tertunduk. Terlutut. Dan kembali bulir kaca menderas di pipiku. Bumi merengkuhku. Erat. Aku semakin tak kuasa menahan airmata ini. Semua seakan telah siap untuk tertumpah. Sebentar saja telapak tanganku telah terbanjiri oleh lembutnya bulir kaca itu.
"Aku hanya tak ingin terluka lagi. Aku belum siap untuk menerima cinta baru itu, Bumi. Aku masih terlalu terluka. Masih jelas bekas luka itu. Bahkan sedikitpun belum terhapuskan. Aku takut tertusuk oleh sakit hati lagi ketika aku harus berbaikan dengan cinta sekarang. Belum saatnya buatku untuk berbaikan dengan cinta, Bumi. Maafkan aku."
Bumi terus mendekapku. Aku tahu arti dari setiap jengkal dekapannya. Aku tahu bahwa dia sudah siap untuk menunggu hati ini untuk menerima cinta baru. Entah sampai kapan.
Balikpapan, 18 november 2010
Vina Si Anak Kecil.
Hari pertama.
Hari ini kita ke kebun binatang kan?
Aku mau liat panda yang baru aja diimpor dari Cina.
###
sending...
message sent!!
Hari ini aku dan Bumi akan pergi ke kebun binatang. Aku menjadi seperti anak kecil ketika bersama Bumi. Begitu berbedanya Bumi dengan Lingga. Lingga selalu menjadi anak kecil buatku, sehingga aku tak menyadari bahwa aku hampir kehilangan rasa bermanja-manja itu. Dan aku kembali menghidupkan rasa itu dengan Bumi. Namun, aku tak ingin jatuh cinta kepadanya. Aku sungguh tak ingin. Aku membenci cinta sejak aku kehilangannya kemarin. Aku tak akan mau mengenang cinta untuk apapun itu. Aku sudah terlanjur jauh tenggelam dalam pusara sakit hati yang begitu menyiksa.
Hari kedua.
Aku memakai celana pendek sepaha dan kaus ketat berwarna pink serta sepatu kets senada. Aku mau pergi makan eskrim di Ha***n D*s sama Bumi. Entah kenapa aku seperti kembali ke usiaku disaat masih 17 tahun. Aku begitu merasa bahwa aku menjadi begitu manis dan kalem. Aku merasa ini seperti cinta pertamaku. Tapi tidak, bukankah aku sedang bermusuhan dengan cinta?
Hari ketiga.
Hari ini adalah hari dimana aku harus tenggelam dalam kesal (lagi). Bumi membatalkan janjinya. Dia harus menyelesaikan tugasnya. Dan aku hanya bisa terdiam membisu dalam sunyi yang membalutku.
Hari keempat.
Tebak apa yang dilakukan Bumi hari ini? Yap, dia menyelinap masuk ke dalam kamarku dan memberiku sebuah kejutan. Sebuah boneka Te**y B**r yang sebesarku kini hadir di depanku. Aku merasa dia berbeda. Dia seperti begitu jantan ketika berada di depanku. Aku seperti tak bisa berbuat apa-apa ketika berada di depannya. Aku kaku. Dan membeku.
Hari kelima.
Hari terakhir dimana dia menjadi pacarku. Rasanya aku tak ingin keluar. Rasanya aku tak ingin menemuinya. Aku lemah lunglai menyadari kenyataan ini. Aku begitu bahagia ketika aku bersamanya. Aku tak mau mengakuinya. Aku tak mau lagi menyerah untuk kedua kalinya. Aku tak ingin jatuh cinta lagi. Tidak. Ini bukan cinta.
Berulang kali aku meyakinkan diriku. Aku bersikap seolah biasa kepadanya. Ada sesuatu yang harus aku selesaikan. Aku yang membuat diriku terjebak dalam pusara tak berujung ini. Aku tersenyum semanis mungkin. Namun yang keluar justru senyuman seperti orang yang menahan sakit.
"Apa aku bisa mendapat jawaban sekarang? Apa kita bisa terus melanjutkan hubungan ini? Sebelum kamu memberikan jawaban, aku ingin mengatakan sesuatu."
Aku menelan ludahku. Aku tahu sekarang akulah yang ada di pihak yang grogi. Aku takut dia memutuskanku duluan. Aku mungkin juga takut kehilangan kehangatan lima hari itu. Aku...Ah aku sudah tak mampu berkata apapun. Bahkan membathin pun aku tak sanggup.
"Aku tau kalau aku cuman pelarianmu saja. Aku berusaha, selama lima hari ini, untuk terus membuatmu nyaman. Untuk terus membuat hatimu yang telah membeku kembali menghangat. Untuk terus menyatukan serpihan hatimu yang telah remuk redam. Aku ingin selalu melindungimu. Ingin selalu berada di sisimu dan membahagiakanmu. Pernahkah kamu menyadari betapa aku begitu terluka saat airmata itu menggantung di sudut matamu? Pernahkah kamu menyadari bahwa aku siap menampung segala beban yang ada di pundakmu agar kamu dapat tersenyum seperti dulu. Aku juga terluka sama seperti kamu merasakan luka itu, Lan. Aku sungguh hanya ingin membahagiakanmu."
Aku tertunduk. Terlutut. Dan kembali bulir kaca menderas di pipiku. Bumi merengkuhku. Erat. Aku semakin tak kuasa menahan airmata ini. Semua seakan telah siap untuk tertumpah. Sebentar saja telapak tanganku telah terbanjiri oleh lembutnya bulir kaca itu.
"Aku hanya tak ingin terluka lagi. Aku belum siap untuk menerima cinta baru itu, Bumi. Aku masih terlalu terluka. Masih jelas bekas luka itu. Bahkan sedikitpun belum terhapuskan. Aku takut tertusuk oleh sakit hati lagi ketika aku harus berbaikan dengan cinta sekarang. Belum saatnya buatku untuk berbaikan dengan cinta, Bumi. Maafkan aku."
Bumi terus mendekapku. Aku tahu arti dari setiap jengkal dekapannya. Aku tahu bahwa dia sudah siap untuk menunggu hati ini untuk menerima cinta baru. Entah sampai kapan.
Balikpapan, 18 november 2010
Vina Si Anak Kecil.
Bagus ceritanya, meski ada beberapa kesalahan ketik sih hehehehe... Dan itu kenapa ada *** hehehehe... udah tulis aja productnya... khan g niat jualan :k:
BalasHapushah ada salah ketik ya :g: aku gak nyadar :g: abisnya gak boleh nyales kan tuh di ketentuan :m: lagian ntar pd pengen klo disebutin merknya :e:
BalasHapusiya ceritanya bagus...tapi ada beberapa kesalah ketik :c: saya baru tau lho klo si kecil ini bisa bikin *ini cerpen kan namanya* :h:
BalasHapusbisa di buat alur mundur untuk menjelaskan sosok Lingga, atau membuat kisah ini berepisode mungkin :c:
@mbak berkolor biru : sudah sy perbaiki :m: ah kalo nulis sih bisa2 aja mbak :m: tapi menjadikannya bermakna itulah yang susah :k: ah ntar klo dipanjang-panjangin jadinya kyk cinta fitri :k: tak berakhir dan tak berujung :b:
BalasHapusmaksudnya nyales di ketentuan itu ya kalo aku artiin seh contohnya kayak gini :
BalasHapusibu ibu saya jualan sprai loh, beughh barangnya ciamik ciamik, kalo berminat hubungi saya ya... liwat ym aje... ok ok...
begitchu :f:
iya aku ngerti kok :k: itu kan alasan aja biar aku gak perlu ngegantiin tnda ** itu :e: #suka sm emotnya2 :d:
BalasHapus@anak nda bisa besar: keliatan bener doyan nonton sinetron :f:
BalasHapusmakan ice cream di Ha***n D*s ???? itu dmn ya??
BalasHapus*riwil* :d:
eh dulu pernah ada seseorang bilang ke aku waktu aku lagi emg patah hati...dia bilang "kalo mau melupakan mantan, cari aja yg baru" simple ya kan???bener kan?? nahhh tapi susah...susah nyarinya :i:
dan menyakitkan lagi...yg ngomong gtu adalah cwo yg aku suka :i: pedih nya
egh maNgaP, kok malah curcol :f:
Masih salah! Campakkan, bukan campakan, emangnya sakit campak :p
BalasHapus@mba rierie: ihhirrrr :h: *saya suka emot ini*
BalasHapus@tante cerewet: beuh riwil...ayo nulis coba :f: *ngasi tantangan*
@mbak berbiru kolor : gak doyan :k: eneg teu :k:
BalasHapus@mbak riri : ya di haagen das ntu lho mbak :m:
@mbak fingen : eh salah yah itu mbak :k: kelupaan :g:
@kolor biru: Heh kolor biru!, jawab tantangan Rei buat bikin postingan lucu, JANGAN COPAS YA! :e:
BalasHapusrei :g: mbak fingen gak salah mention kah :f:
BalasHapus@bocah ga bisa gede-gede: AKU GA SALAH MENTION!!! :e: :e: :e:
BalasHapuslha Rei ntu sopo :e:
BalasHapus@bocah mini: Reishafara :m:
BalasHapusowh :g: aku kira si gajah :m: knp itu jd bocah mini :e:
BalasHapus@bocah cilik: KARENA KAMU EMANG BOCAH MINI!!! :e:
BalasHapusiya aja deh :a: aku ngalah untuk menang :e: #sangattidaknyambung :k:
BalasHapus:f: :f: :f:
BalasHapus@mbak fingen : hati2 njeblak :k:
BalasHapus:c: :c: :c:
BalasHapusntar rontok alisnya :e:
BalasHapusAh kamu perhatian sekalih! :h: :h: :h:
BalasHapusterpaksa :e:
BalasHapus@tante cerewet: lha?? saya kan mosting klo tante udah nyelesein tantangan saya :c:
BalasHapus@blue KOLOR: alesan aja kamu! :e:
BalasHapusapa ini pd teriak2 :e:
BalasHapusLima hari ??
BalasHapusLima???
yakin lima doank???
yampun buat sehari aja ga ada yang mau :a:
aku kasian ya si bumi :i:
BalasHapustypo c
BalasHapusmaksudnya aku kasian ya sama si bumi :a:
@grey yakin mbak :m: itu kan piksih saja :k:
BalasHapus