Pertama
Perlu disadari bahwa hubungan cinta, terutama setelah menikah, tidak melulu soal kebutuhan biologis semata atau sekedar menafkahi keluarga, tetapi lebih kepada tanggung jawab untuk membina rumah tangga beserta keluarga besarnya. Menikah bukan hanya pertautan cinta dua insan beda jenis kelamin semata, tetapi juga menyatukan dua keluarga besar dengan berbagai karakter yang berbeda. Tidak mudah memang untuk menyatukan dua karakter berbeda, apalagi ditambah keluarga besarnya. Oleh karena itu, diperlukan pula saling pengertian dan saling silang lainnya seperti pada tulisan ini. Tanpa adanya saling pengertian, sulit rasanya untuk dapat bertahan hingga sehidup semati, karena bukan hal mudah untuk menerima perbedaan diantara mereka. Apalagi bila telah memiliki keturunan, pikirkan juga dampak psikologis yang menimpa mereka sebagai akibat dari perpisahan ini.
Kedua
Keretakan terjadi justru lebih besar karena emosi sesaat yang menumpuk secara akumulatif, sehingga yang dilihat hanya keburukannya saja. Memang ada hal prinsipil yang bisa menjadi penyebab, namun seharusnya dapat dideteksi sebelum kedua hati bertaut. Oleh karena itu, daripada memendam emosi hingga menumpuk, lebih baik salurkan secara langsung atau bila sulit, tuliskan dalam diary atau blog, tapi gunakanlah nama samaran, apalagi di FB, sebisa mungkin bukan nama asli agar tidak membuka aib sendiri. Bila salah satu pihak emosi, yang lain harus bisa mengalah atau meredam emosinya, agar tidak berkelanjutan. Carilah titik terang setelah emosi mereda, dan selesaikan segera, jangan pernah ditumpuk-tumpuk, yang berdampak pada penyakit fisik akibat terus menerus memikirkan hal buruk.
Ketiga
Percayalah bahwa pasangan kita, terutama bagi yang telah menikah, adalah yang terbaik bagi kita. Hanya memang Tuhan tidak serta merta menunjukkan kebaikan itu sekaligus. Kadang kita baru menyadarinya bila telah benar-benar berpisah. Ingatlah kebaikannya, maafkanlah keburukannya, bila perlu ingatkan setahap demi setahap untuk memperbaiki kekurangannya. Bila tidak bisa juga, nikmati saja dan berusaha mengerti mengapa keburukan itu tidak juga hilang.
Sekali lagi, pertimbangkan baik-baik sebelum memutuskan untuk berpisah. Bila negosiasi kedua belah pihak sudah buntu, carilah orang ketiga yang bisa menengahi dan memberikan solusi terbaik. Dan bila memang harus berpisah juga, berpisahlah dengan baik-baik, saling memaafkan, dan tetap menjalin silaturahmi. Silakan renungkan lagu di bawah ini sebelum memutuskan perpisahan.
SAVE OUR LOVE
Once we were one (suatu saat kita bersatu)
Now we're worlds apart (saat ini kita akan berpisah)
Deep inside you know you are my other heart (dalam hati yang paling dalam kau adalah sisi lain hatiku)
My memories seem like yesterday (ingatanku masih seperti dulu)
Can't believe it's all so far away (tak percaya kita sudah melangkah jauh)
All these years (sepanjang tahun ini)
All our tears (segenap tangis kita)
Still we sing the same old song (kita masih menyanyikan lagu yang sama)
Let's make right all that went wrong (mari kita benahi segala kekurangan kita)
There's no beginning there's no end (tiada awal tiada akhir)
There is no reason to pretend (tiada alasan untuk berandai-andai)
Crying from help from above (menangis mengharapkan pertolongan dari Atas)
We've got to save our love (kita harus selamatkan cinta kita)
You said to me (kau katakan padaku)
That we hold the key (bahwa kitalah pemegang kunci)
Eternal love we give and take (keabadian cinta yang saling memberi dan menerima)
It was meant to be (itu berarti)
My love for you (cintaku padamu)
Was always true (selalu penuh kejujuran)
Still we sing the same old song (masihkah kita menyanyikan lagu yang sama)
Let's make right all that went wrong (mari kita benahi segala kekurangan kita)
* * * *
(Yngwie Malmsteen)
NB. Pengen nulis dari kemarin baru sempat sekarang sambil denger lagu itu ..... buat sahabatku, pertimbangkan kembali ya, nak ..... telah ditulis juga di ngerumpi.com oleh orang yang sama ... sudah diterjemahkan pula biar bisa dibaca semua.
inspiratif... pengertian dan komunikasi ya om :h:
BalasHapusyups :b: .... koq gak pernah mampir lagi sih di ngerumpi?
BalasHapusMampir kok om... hampir tiap hari malah... cuma nggak pernah koment, cuma baca2 aja :c:
BalasHapussepi ing komen, rame ing moco ..... :d:
BalasHapushehe... :h:
BalasHapuswah keren ini :d: catet catet :d:
BalasHapus:a:
BalasHapussaya tertohok kalimat ini
[Keretakan terjadi justru lebih besar karena emosi sesaat yang menumpuk secara akumulatif, sehingga yang dilihat hanya keburukannya saja]
:i:
@anak gak bisa gede: catet ya dalam hati yg terdalam ....
BalasHapus@ratu: kenapa harus tertohok? ... biasa aja deh ..
catetnya pke pulpen dan kertas om :d: abis itu dibakar bru dicampur air mineral :d: diminum deh :d: resep turun temurun neh biar ingat :f:
BalasHapus