Suatu hari di sebuah ruangan HRD.
Setelah menutup map yang berisi beberapa lembar kertas yang berisi surat lamaran, CV, dan portofolio; dia berkata pada wanita yang duduk di hadapannya. "Kami membutuhkan seorang penulis. Orang yang bisa menulis setiap hari, bahkan mungkin setiap jam. Anda bisa melakukannya?"
Dengan yakin wanita itu berkata, "bisa. Saya yakin bisa."
"Apa yang Anda tulis setiap harinya?" Tanya staf HRD kemudian.
"Setiap hari saya selalu update 'news feed' di facebook, dan setiap jam saya update status di twitter." Katanya dengan mantab.
********/*******
Beberapa orang menganggap kegiatan (juga pekerjaan) menulis adalah hal yang susah, ribet, dan membutuhkan kemampuan khusus. Tapi toh nyatanya orang-orang itu bisa dengan mudah menulis 'news feed' di akun facebooknya dan update status twitternya. Jadi apakah menulis itu susah dan membutuhkan kemampuan khusus?
Teman saya, sebut saja Parah Cin, selalu heran jika saya duduk di depan laptopnya, lalu mengetik apa saja, menuliskan begitu saja ide-ide yang ada di kepala saya. "Kok bisa sih?" Komentar yang biasa dikatakannya. Padahal di lain waktu, saya juga geli melihatnya bisa dengan lancar memencet keypad Blackberrynya saat update status twitter atau 'bebeeman' (Blackberry Messenger).
Kegiatan menulis sebenarnya tidak serumit yang dibayangkan oleh orang-orang seperti Parah Cin. Walaupun saya juga pernah menganggapnya demikian. Tapi pandangan itu berubah setelah saya menonton film "Finding Forrester", dimana salah satu adegan yang paling saya ingat adalah ketika William Forrester mengajari Jamal Wallace mengetik dengan jari-jarinya. Tugas kita menulis, bukan berpikir. Jadi tulis saja apa yang kamu mau tulis, seperti berkata-kata. Nikmati dan rasakan jari-jarimu menari di atasnya (tuts mesin tik). Kira-kira begitu yang dikatakannya.
Meskipun menulis juga memerlukan beberapa teknik seperti penempatan tanda baca, menuliskan ejaan dengan benar, dan lain sebagainya; tetapi bukankah itu bukan tugas dasar seorang penulis? Saya sependapat dengan Forrester: tugas penulis itu menulis, bukan berpikir. Mengoreksi tulisan itu pekerjaan seorang proof reader atau seorang editor. Walaupun nantinya seseorang yang terbiasa menulis akan tahu teknik-teknik menulis yang baik. Tapi bagaimana cara memulai untuk menulis adalah sesuatu yang berbeda. Tiap orang mempunyai gaya, seperti layaknya logat atau cara tiap orang berbicara.
Mengutip sebuah kalimat yang pernah dikatakan seorang penulis, saya lupa siapa dia, seekor burung bernyanyi bukan karena dia ingin bernyanyi, tetapi karena burung itu mempunyai sebuah lagu untuk dinyanyikan.
Begitu juga dengan penulis. Seseorang menulis bukan karena dia ingin menulis, tetapi karena orang itu mempunyai sebuah pikiran untuk dituliskan. Pikiran yang terlalu berharga jika hanya diucapkan. "I talk (to TV) things I think not worth writing about." -Truman Capote-
Karena kata-kata yang keluar dari mulut seseorang sifatnya hanya sementara, tetapi tulisan bersifat abadi dan selamanya. Walaupun si pemilik pemikiran sudah berubah pikiran, tetapi pemikiran yang dia tuliskan akan selalu tinggal di pikiran pembacanya. Itulah mengapa ada kalimat: tanpa penulis di sebuah jaman, sejarah tidak bisa diingat selamanya.
Tips menulis yang sederhana: banyak-banyaklah membaca. Karena sebagian besar pembaca pasti menulis, dan semua penulis pasti membaca. Jangan berkhayal menjadi penulis yang baik jika tidak pernah membaca. Bahkan seseorang pernah berkata: being a good writer is 3% talent and 97% not being distracted by the internet. Jadi sebenarnya pengaruh bakat menulis itu sangat sedikit. Jika seseorang tekun membaca, paling tidak dua (2) jam tiap harinya, dapat dipastikan orang tersebut dapat menulis dengan baik juga.
Tips menulis lainnya: usahakan tiap hari menulis. Walau hanya sedikit itu lebih baik daripada tidak sama sekali. Update status twitter dan menulis 'news feed' di facebook, bisa juga dikategorikan sebagai kegiatan menulis. Itu sebabnya twitter dan teman-temannya disebut microblogging. Kemudian ketika ruang 140 dan 420 karakter dirasa tidak cukup, ada wadah lain yakni blog atau buku catatan harian. Menulis bisa dimana saja, itu intinya.
Akhir kata, mencontek sebuah kutipan dialog di film 'Ratatouille': everyone can cook. Setiap orang bisa memasak. Sekarang saya juga ingin berkata: everyone can write. Setiap orang bisa menulis.
You must write your first draft with your heart. You rewrite with your head. The first key to writing is... to write, not to think! [William Forrester in 'Finding Forrester']
*) Ini draft pertama yang saya tulis (dan selesai) di tahun 2011. Untuk memotivasi diri sendiri juga :)
**) Ditulis juga di blog pribadi saya
yang bagian ngedit2 saya serahkan sama panjenengan nggeh pak victor hasiholan... :c:
BalasHapus